Mohon tunggu...
Mas Teddy
Mas Teddy Mohon Tunggu... Buruh - Be Who You Are

- semakin banyak kamu belajar akan semakin sadarlah betapa sedikitnya yang kamu ketahui. - melatih kesabaran dengan main game jigsaw puzzle. - admin blog https://umarkayam.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pelajaran dari Film "The Towering Inferno"

11 September 2012   15:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:36 891
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film “The Towering Inferno” (John Guillermin, 1974) adalah film yang spektakuler pada masanya. Selain karena special effects-nya yang cukup bagus (untuk ukuran tahun 1974), juga karena dibintangi sederet aktor & aktris papan atas Hollywood saat itu, seperti :

  • Steve McQueen, Paul Newman, William Holden
  • Faye Dunaway, Fred Astaire, Richard Chamberlain
  • Susan Blakely, Robert Vaughn, Robert Wagner, OJ Simpson, dll.

Hal ini tentu saja membuat budget produksi jadi melambung ($ 14 juta, thn 1974) sehingga harus ditanggung bersama oleh 20th Century Fox dan Warner Bros. Nama lain yang membuat film berdurasi 165 menit itu jadi spektakuler adalah sang produser Irwin Allen, yang terkenal dengan “The Poseidon Adventure (1972)” serta serial TV science-fiction, antara lain :

  • Voyage to The Bottom of The Sea, The Time Tunnel, Lost in Space
  • Land of The Giants, The Swiss Family Robinson dan Code Red (kalau tidak salah semua pernah ditayangkan oleh TVRI).

Ada persamaan dan perbedaan antara “The Towering Inferno” dengan “Backdraft” (Ron Howard, 1991) dan “Titanic” (James Cameron, 1997). Persamaan dengan “Backdraft” adalah sama-sama berkisah tentang pemadam kebakaran. Bedanya, “Backdraft” berkisah tentang upaya penyelidikan serangkaian kebakaran yang diduga sebagai tindak kejahatan, sedangkan “The Towering Inferno” murni berkisah tentang upaya penyelamatan dan pemadaman gedung yang terbakar. Sedangkan persamaan dengan “Titanic” adalah sama-sama tergolong dalam film bencana (disaster movie). Jika kapal Titanic tenggelam dalam pelayaran perdananya (maiden trip), maka gedung dalam “The Towering Inferno” terbakar pada malam peresmiannya, ketika pertama kali dibuka untuk umum.

Dikisahkan, adalah Glass Tower sebuah gedung pencakar langit di San Francisco, yang mempunyai tinggi 1800 ft (kurang lebih 600 m) dengan 138 lantai, dianggap sebagai gedung tertinggi di dunia. Acara peresmian diselenggarakan di lantai 135. Ratusan tamu undangan hadir dalam acara peresmian tersebut, termasuk kalangan pejabat, tokoh-tokoh penting dan pelaku bisnis di kota San Fransisco. Menjelang acara persemian dimulai, petugas maintenance dan sang arsitek gedung (Paul Newman) yang ikut mengawasi acara peresmian melihat asap di lantai 81. Setelah diperiksa, asap berasal dari kabel yang terbakar akibat korsleting. Sang arsitek menduga kabel yang digunakan menyalahi aturan/spesifikasi. Demi mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, sang arsitek dan petugas maintenance meminta kepada pemilik gedung (William Holden) untuk segera menghentikan acara peresmian dan mengevakuasi para tamu undangan dari tempat acara. Namun sang pemilik gedung menolak. Seakan-akan ingin menampilkan kemegahan gedung Glass Tower, pemilik gedung justru memerintahkan untuk menyalakan seluruh lampu gedung. Glass Tower tampak megah bermandikan cahaya. Akibatnya fatal. Karena seluruh daya digunakan, terjadi ledakan yang memicu kebakaran di lantai 81. Bencana dimulai. Ketika api di lantai 81 tidak berhasil diatasi dan terus merambat naik, kepanikan terjadi. No way up, no way down. Petugas pemadam kebakaran telah melakukan berbagai macam cara untuk menyelematkan para tamu undangan. Sangkar besi yang diluncurkan ke gedung pencakar langit terdekat jatuh akibat kelebihan muatan. Penyelamatan dengan helikopter melalui helipad terganggu turbulensi udara di ketinggian 600 m. Setelah hampir putus asa menyelamatkan tamu undangan, ditambah sudah jatuhnya beberapa korban, akhirnya ditempuh cara terakhir. Yaitu dengan “memandikan” gedung Glass Tower. Caranya ? Dengan meledakkan tangki-tangki cadangan air yang terdapat di puncak gedung (di bawah helipad). Akibatnya jutaan galon air mengalir deras dari ketinggian 600 m, bagaikan air bah yang mengguyur gedung Glass Tower. Menghempaskan dan menyeret apa saja yang ada di bawahnya.

Meskipun spektakuler, ada sedikit blooper (keganjilan/kesalahan) yang membuat saya tersenyum. Dari awal sampai akhir upaya penyelamatan gedung yang terbakar, sang jagoan, komandan pemadam kebakaran (Steve McQueen) kok ya masih berpakaian rapi komplit dengan dasi di lehernya. Opo ra hebat ?!

Pelajaran apa yang bisa dipetik dari film “The Towering Inferno”?

1.Desain Bangunan

Dalam salah satu dialognya, sang komandan pemadam kebakaran secara berseloroh menyindir sang arsitek (kurang lebih demikian), “Dasar arsitek ! Buat gedung tinggi-tinggi, tidak tahu apa berapa jangkauan tangga mobil pemadam kebakaran ?!”

Dalam perencanaan bangunan tinggi (high rise building), selain perencanaan konstruksi, perencanaan utilitas (jaringan/saluran pipa air bersih, air bekas, air kotor, gas, listrik dan telepon) tidak bisa dikesampingkan begitu saja, meskipun utilitas tersebut tidak terlihat.

Selain konstruksi dan utilitas, yang tidak kalah penting adalah aksesibilitas. Kemudahan keluar masuk gedung juga harus diperhitungkan, sehingga jika terjadi musibah penghuni bisa langsung menyelamatkan diri dengan mudah. Untuk faktor yang satu ini, desain rukolah yang paling beresiko. Meskipun tidak ada data yang pasti, namun kebanyakan ruko -meski tidak semuanya- mempunyai desain yang cenderung “kuldesak” alias jalan buntu, tidak ada pintu atau jalan darurat. Kebanyakan ruko hanya mempunyai satu pintu masuk dan keluar, akibatnya jika terjadi kebakaran, barang atau orang yang berada di atas sulit terselamatkan.

2.Pelaksanaan Bangunan

Dalam film juga diceritakan bahwa sang arsitek sangat yakin bahwa ada yang salah dengan kabel yang digunakan. Pesannya jelas. Jangan main-main dengan spesifikasi bahan ! Istilah populernya “nyuri spek”. Sudah jamak terjadi di dunia konstruksi, sang kontraktor menurunkan spesifikasi bahan yang dipakai, demi mendapatkan keuntungan. Akibatnya umur konstruksi/bangunan tidak sesuai dengan yang diharapkan/direncanakan. Untuk menjaga kualitas bahan supaya sesuai dengan spesifikasi diperlukan pengawasan yang ketat.

3.Dedikasi

Penghargaan harus kita berikan kepada orang-orang yang telah menunjukkan dedikasinya untuk keselamatan orang lain meskipun dengan mempertaruhkan nyawanya sendiri. Penghargaan yang harus kita berikan kepada pasukan pemadam kebakaran (kebetulan jadi pelaku film ini), tim SAR, PMI dan lain-lain. Di bagian akhir film, dituliskan film ini didedikasikan untuk Petugas pemadam Kebakaran kota San Fransisco (San Fransisco Fire Departement).

Yang Jarang Diperhatikan

Jika Anda mengunjungi tempat umum, seperti : mall, pasar, pusat perbelanjaan, bioskop, rumah sakit, hotel dan lain-lain, seberapa sering Anda melihat alat-alat berikut ini,

1.Sprinkler

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun