Wajah ceria murid-murid yang sebulan ini mulai nampak seiring pemberlakuan pembelajaran tatap muka (PTM). Hari-hari terakhir ini terancam sirna gegara merebaknya Omicron.
Ngobrol atau bercanda dengan teman-temannya, setelah hampir dua tahun belajar dari rumah (PJJ), sangat menyenangkan bagi para murid.Â
Berdiskusi, melakukan presentasi atau mengerjakan tugas projek sungguh telah membuat sorot mata murid-murid kembali berbinar-binar.
Sayangnya semakin menjalarnya Omicron dapat merebut kebahagiaan seluruh warga sekolah. Sekolah bisa setiap saat, secara tiba-tiba, ditutup. Pembelajaran kembali secara daring.
Sejauh ini di DKI Jakarta sudah ada 90 sekolah yang harus ditutup kembali. Menurut data kasus Omicron di ibukota telah mencapai 4.995 kasus. Sementara BOR (tingkat keterisian tempat tidur RS) mencapai 45%.
Mengerikannya lagi penularan Omicron bukan hanya dari 'impor kasus' dari perjalanan luar negeri. Akan tetapi sudah terjadi melalui tranmisi lokal.
Disiplin Terapkan Prokes
Jika kegiatan belajar mengajar terus berlangsung secara tatap muka. Tidak ada kata lain selain warga sekolah dan masyarakat disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan.
Bersamaan dengan itu program vaksinasi harus terus digencarkan. Masih saja kita jumpai anggota masyarakat yang enggan mengikuti kebijakan pemberian vaksin.
Seperti yang viral belakangan ini. Ada seorang ibu-ibu yang teriak-teriak histeris sambil mengusir petugas vaksin. Di masyarakat juga masih ada saja yang mempermasalahkan vaksin itu haram atau halal.
Tidak kalah pentingnya adalah saling menjaga dan mengungatkan. Manakala ada orang yang berkerumun atau tidak mengenakan masker. Kita harus berani menegur. Demi kesehatan bersama.
Kepungan Omicron hanya dapat kita lawan dengan kesadaran bersama: terapkan protokol kesehatan (5M) dengan disiplin. Bukan sekedar kata-kata.
Jkt, 290122