Sore-sore leyeh-leyeh. Sambil menikmati teh nasgithel. Wuih mantab.
Baru nyeruput beberapa kali. Telinga mendengar suara khas. Seperti suara cerek ketika merebus air. Pernah dengar?
Anak saya langsung teriak. Minta diberhentiin tujang kue puthu yang baru lewat. Kenapa langsung bisa tahu? Padahal belum tentu sebulan sekali lewat.
Saya jadi ingat. Betapa para penjual makanan keliling. Sudah bertahun-tahun membangun personal branding sehingga pelanggan segera mengenali kehadirannya. Hebat!
Uniknya mereka membangun penjenamaan diri dengan memanfaatkan barang-barang seadanya. Menggunakan peralatan kerja.
Alat Penjenamaan Diri
Berikut barang-barang yang biasa digunakan sebagai penanda kehadiran para pedagang makanan keliling.
- Mangkok. Thing thing begitu pertanda tukang bakso lewat. Dia memukul mangkok dengan menggunakan sendok sebagai pemukulnya. Tukang sekoteng juga menggunakan mangkok untuk memberi tanda kehadirannya. Bedanya mangkok tukang sekoteng lebih kecil.
- Piring. Dengan cara yang sama tukang bubur memukul piring dengan sendok. Suara yang dihasilkan hampir sama. Akan tetapi pelanggan bisa membedakan. Tukang bakso atau tukang bubur yang lewat.
- Kentongan. Terbuat dari kayu yang dibuatkan rongga di dalamnya. Dipukul dengan rautan bambu atau kayu kecil. Alat yang sama dipakai oleh tukang bakso sapi yang dipikul. Yang membedakan jumlah pukulannya. Tukang bakso 2 kali sedangkan tukang siomay lebih panjang. Thok thok ...
- Wajan. Kalau penggorengan (wajan) dipukul tandanya tukang nasi goreng lewat. Thek thek ...
- Botol. Tukang ketoprak memanfaatkan botol bekas untuk menjenamakan dirinya. Caranya pun unik. Dengan menggesekkan sendok ke botol. Sreek sreeek ...
Begitulah upaya para tukang pedagang makanan keliling membangun penjenamaan diri. Kreatif dengan memanfaaatlan barang seadanya. Tapi melekat kuat di benak para pelanggan.
Tiap-tiap daerah tentu berbeda-beda. Ini yang saya tangkap di lingkungan tempat tinggal kami.
Suara apa favorit kalian?
Jkt, 250621
