Di balik hidup sukses yang sekarang dinikmati. Hidup loro-lopo. Hidup penuh perjuangan sudah akrab dengan keseharian selama awal-awal merantau di Jakarta. Ada yang pernah jadi kuli bangunan dan buruh pabrik.Â
Memgawali pekerjaan dari jenjang kepegawaian yang paling rendah. Pelan-pelan menapaki tangga jabatan dengan sabar. Sampai akhirnya bisa menjadi 'orang'. Modalnya hanya dengan ketekunan menjalani kehidupan.
Maka sudah sewajarnya kalau senantiasa setiap saat berstyukur. Kalau tidak berani merantau dan bekerja secara tekun. Di kampung paling-paling hanya jadi tukang ngarit (nyari rumput) atau macul di sawah. Hal itu selalu menjadi pepeling. Pengingat untuk selalu mensyukuri hidup.
Puas menikmati hidangan dan bercengkerama. Biasa SMP. Sudah Makan Pulang. Pas.pamitan sesuatu yang tidak kami duga. Tuan rumah menyelipkan angpao. Uang 75 ribu rupiah edisi khusus. Sangat spesial.
Ada sesuatu yang menyusup ke dalam aliran darah. Sebuah ketulusan memasuki relung hati ini. Trenyuh. Sangat menyentuh hati.
Bukan hanya karena sudah lupa rasanya mendapatkan salam tempel. Bukan juga karena selama ini kita yang memberikan angpao kepada anak-anak. Tapi ini dari pepunden. Orang tua yang sangat kami hormati.
Diary,
Saya tidak bisa berkata-kata lagi. Hanya bisa berucap matur nuwun!
Jkt, 140521