Saya buka halaman 34 bagian 1 dengan topik sosial ekonomi. Dengan judul sketsa yang juga menjadi judul buku Harmoko menulis tentang kondisi masyarakat yang terpuruk ekonominya.
Harmoko menutup tulisannya dengan pertanyaan apakah ini artinya kita sudah memasuki zaman edan? Zaman yang digambarkan oleh seorang Ronggowarsito.
Pujangga kraton Kasunanan Surakarta. Ronggowarsito menggambarkan situasi zaman edan itu seperti ramalan Joyoboyo. Orang jahat kelihatan baik sebaliknya orang baik menjadi terkesan jahat.
Pada zaman edan kalau tidak ikut gila tidak bakalan kebagian. Gambaran maraknya korupsi kerah putih kira-kira seperti itu yang diramalkan Joyoboyo. Siapa sangka orang yang mendapatkan Moh Hatta Award justru terjerat kasus korupsi.
Minggu kemarin saya juga membuka Instagram. Najwa Shihab si tuan rumah Mata Najwa memposting puisinya A. Mustofa Bisri dan sosok Artidjo Alkostar.
Puisi sang kyai yang nyeniman itu berjudul Di Negeri Amplop. Salah satu bait puisinya begini:
Amplop-amplop di negeri amplop
mengatur dengan teratur
........
Sementara dalam postingan sosok sang pendekar keadilan Najwa Shihab mengutip salah satu pernyataan Artidjo Alkostar. Intinya kira-kira, saya ingin sekali menjatuhkan hukuman mati kepada para koruptor. Tapi tidak bisa karena bunyinya undang-undang tidak memungkinkan untuk itu.
Jadi yang bisa dilakukannya hanya menjatuhkan hukuman yang seberat-beratnya bagi para koruptor.
Selamat jalan Artidjo Alkostar. Selamat bercengkerama dengan sang Maha Pengadil Sejati!
Jkt, 010321