Mohon tunggu...
Mas Sam
Mas Sam Mohon Tunggu... Guru - Guru

Membaca tulisan, menulis bacaan !

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Corona, Makasi Ya...

21 September 2020   13:39 Diperbarui: 21 September 2020   14:45 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Baru saat ini aku merasa bangga dengan profesiku yang sudah puluhan tahun aku jalani. Selama ini tidak ada yang peduli terhadap profesiku, bahkan orang-orang cenderung menghindariku.

Awalnya aku tidak tahu kenapa akhir-akhir ini kami harus menggali banyak lubang, padahal sebelum-sebelumnya paling sehari hanya dua atau tiga lubang saja. Bahkan kini kami harus menggali siang malam.

"Siapkan saja lubang sebanyak-banyaknya", begitu perintah komandan regu.

"Buat siapa", tanyaku.

"Nggak tahu. Saya juga terima perintah atasan doang", katanya.

Begitulah akhirnya kami kerja keras menyiapkan banyak lubang. Herannya lubang-lubang yang baru kemarin kami buat hari ini sudah hampir semua terisi. Rasa-rasanya kami kejar-kejaran dengan yang mau masuk lubang. Untuk sekedar istirahat sejenak saja tidak ada waktu. Baru naruh pantat saja komandan sudah teriak keras-keras.

Belakangan aku baru tahu ini semua gara-gara corona. Menurut pejabat yang pernah mengunjungi tempat kerja kami corona itu virus yang sangat ganas. Apalagi kalo kita sudah termasuk golongan lansia dan mempunyai penyakit seperti TBC atau diabetes. Penularannya pun sangat cepat menyebar melalui udara. Makanya saat ini kami diharuskan selalu menggunakan masker. 

Memang belakangan ini semakin banyak pejabat pemerintah yang mengunjungi tempat kerja kami. Mereka mengecek ketersediaan lahan untuk membuat lubang-lubang yang katanya harus semakin banyak lagi. 

"Corona semakin menggila", katanya.

"Memangnya kenapa pak ?", tanyaku.

"Gegara orang-orang tidak disiplin menjalankan protokol kesehatan !", jelasnya.

                                              **

Sambil menyelonjorkan kaki aku termenung, kalo tuhan sudah berkehendak begitu mudahnya sesuatu itu terjadi. Aku yang tadinya diacuhkan orang kini semua orang memperhatikan aku, bahkan para pejabat pemerintah. Masyarakat yang biasanya bebas melakukan apa yang mereka mau, sekarang harus lebih banyak mendekam di rumah.

"Apa ini cara tuhan mengingatkan kita ?", tanyaku dalam hati.

Sebenernya aku sendiri bimbang, antara harus mengutuk corona atau malah berterimakasih. Dengan kedatangannya kerja kami menjadi semakin membuat kami kewalahan. Tapi di sisi lain corona sudah mengangkat profesi kami sebagai profesi yang mulia. Tentu aku tidak bisa serta merta mengucapkan terima kasihku kepada corona sebagai bentuk simpati kepada keluarga korban corona.

"Corona, makasi ya..", kataku lirih dalam hati.

Jkt, 210920

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun