Mohon tunggu...
Mas Sam
Mas Sam Mohon Tunggu... Guru - Guru

Membaca tulisan, menulis bacaan !

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Belajar Minta Maaf dari Ketupat

14 September 2020   23:15 Diperbarui: 14 September 2020   23:28 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Para pinisepuh dulu mengajarkan etika tidak dengan kata-kata tetapi dengan sanepan, perlambang atau simbol tertentu. Bahkan dengan sebuah makanan khas daerah.

Maka sudah sewajarnya apabila para generasi selanjutnya untuk dapat memahami apa yang dimaui oleh para sesepuh. Salah satunya adalah ajaran untuk mengaku salah dan meminta maaf apabila kita berlaku khilaf.

Adalah makanan ketupat dan lepet yang menjadi media pengajaran para tetua di jaman dahulu kala. Ketupat asal kata ngaku lepat yang berarti mengaku salah. Di wilayah lain kita juga menemukan makanan khas yang maknya sama yaitu lepet, mengaku salah.

Pada jamannya dulu makanan ini hanya ada pada peristiwa tertentu, misalnya lebaran. Ini menunjukkan bahwasanya makanan tersebut mempunyai filosofi khusus.

Sekarang kita tidak harus menunggu momen tertentu untuk dapat menyantap kedua makanan khas daerah tersebut. Pagi-pagi kita bisa nyarap dengan ketupat sayur atau ketupat tahu.

Falsafah yang diajarkan nenek moyang apabila kita berbuat salah baik ucapan atau tindakan, bersegeralah meminta maaf. Tidak usah gengsi atau merasa turun martabatnya.

Justru dengan mengakui kesalahan dan dibarengi dengan meminta maaf derajad kemanusiaan kita meningkat.

Sayangnya saat ini sering kita dapati banyak orang yang berbuat salah, bisa salah ucap atau keliru bertindak bersikukuh tidak mau meminta maaf. Gengsi katanya. Tragis kan ?!

Tidak ada salahnya kita menyontoh kepada para pinisepuh yang dengan halus mengajarkan kepada kita bagaimana kita bertutur kata dan berperilaku.

#refleksidiri5

Jkt, 140920

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun