Mohon tunggu...
Mas Sam
Mas Sam Mohon Tunggu... Guru - Guru

Membaca tulisan, menulis bacaan !

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hei, Siapa Namamu?

19 Juni 2020   14:48 Diperbarui: 19 Juni 2020   21:50 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Setiap Jum'at sebelum khutbah dimulai biasanya pengurus masjid mengumumkan kas masjid dengan menyebutkan nama-nama jama'ah yang sudah memberikan infaq-sodaqoh.  

Tiba-tiba saja saya teringat William Shakespeare seorang pujangga besar Inggris yang telah melahirkan drama Hamlet, Macbeth dan sejumlah puisi. Nah lho, terus apa hubungannya ?

Ada hubungannya, sesuai "gathuklogy", ilmu yang menghubung-hubungkan gejala.  Bukankah Shakespeare pernah bilang "apa arti sebuah nama?". Di negaranya sana bisa jadi nama tidak ada artinya.  Anda yang suka bola pasti akrab dengan nama Muhammad Salah. Danny Drinkwater, Juan Mata, Vladimir Granat bahkan ada yang namanya Adem Sari.

Sebagai orang Jawa saya kagum dengan orang Batak, dari dulu sampai sekarang.  Orang-orang tua di Batak  kalo kasih nama anaknya saya anggap sudah sangat modern.  

Luar biasanya lagi dengan terus menjaga dengan mencantumkan nama marga.  Di Manado dan Maluku dan beberapa daerah lain juga selalu mencantumkan nama marga.

Saya membayangkan nama-nama teman semasa kecil ternyata membuat saya senyum juga.  Orang-orang tua jaman dulu kalo memberi nama anaknya kesannya sepertinya asal aja.  

Ada juga yang berdasarkan suatu peristiwa atau kejadian tertentu.  Ada teman namanya Senen, Rebo atau Kemis (pengucapan lidah Jawa berdasarkan hari dalam sepekan).  Tetapi ada juga yang namanya berdasarkan hari pasaran seperti Paing, Wage dan Kliwon (nama hari pasaran di Jawa; Paing, Pon, Wage, Kliwon dan Legi).  

Oh ya di Jawa ada kebiasaan unik yaitu mengganti "nama kecil" dengan "nama tua".  Misalkan nama lahirnya Parto, setelah menikah namanya menjadi Partodikromo.  

Penggantian nama ini dipersaksikan dengan tetangga kiri kanan dan pak Dukuh, tetua di kampung. Dibarengi dengan disuguhkan bubur merah bubur putih, disantap bareng-bareng dengan para saksi.  

Bapak saya nama kecilnya Miyo, setelah menikah dengan ibu saya namanya menjadi Hadiwiyono.  Kata simbah nama tua untuk menunjukkan kedewasaan yang bersangkutan.

Fenomena unik lagi tentang nama ternyata semakin ke sini, nama-nama anak semakin panjang saja (jadi suka kasian sama tukang nulis ijazah). Anak-anak yang lahir tahun 60an pada umumnya hanya terdiri dari satu nama.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun