Wacana penerapan The New Normal atau Tatanan Kehidupan Kenormalan Baru rasanya harus dipertimbangkan secara matang. Â Kita harus mengaca kepada penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang masih jauuh dari harapan, peraturannya sudah bagus tetapi penerapannya di lapangan masih menyisakan banyak pekerjaan rumah. Â Sementara penerapan tatanan kehidupan kenormalan baru mensyaratkan kriteria-kriteria yang sangat ketat.
Masyarakat masih memerlukan edukasi yang lebih gencar dan mengena di hati. Â Tengoklah beberapa fenomena di masyarakat yang kadang terasa konyol dan menganggap remeh persoalan pandemi covid-19, sehingga tidak aneh kalau kemudian #Terserah!! menjadi trending. Masih jelas dalam ingatan kita berita tentang seorang anggota dewan yang dengan gagah berani menantang akan menelan virus corona atau beberapa anggota keluarga korban meninggal akibat covid-19 membongkar peti jenazah dan membuka plastik pembungkus jenazah kemudian mereka secara beramai-ramai memeluk dan menciumi jenazah korban covid-19. Â Ada lagi berita sekelompok warga yang menolak penguburan seorang perawat, yang sesungguhnya adalah pahlawan kemanusiaan, yang menjadi korban keganasan covid-19 atau "pengusiran" beberapa perawat dari rumah kontrakannya karena kekhawatiran yang tidak beralasan.Â
Fenomena yang lebih heboh lagi betapa masyarakat kita masih lebih mementingkan perayaan tradisi mudik daripada bahaya pandemi covid-19. Begitu ada kebijakan pelonggaran PSBB bandara Soekarno-Hatta diserbu orang-orang yang sangat ingin merayakan lebaran di kampung halaman dengan tidak mengindahkan lagi ketentuan jaga jarak, bahkan sampai ada yang terlibat jual beli surat keterangan sehat.  Di pasar-pasar tradisional bahkan mall-mall orang-orang berjubelan berbelanja kebutuhan dan baju-baju lebaran.  Pemudik pemotor dan yang membawa kendaraan  main kucing-kucingan  dengan petugas dengan segala cara untuk bisa mengelabui dan bisa lolos dari pemantauan petugas. Bahkan selama penerapan PSBB banyak bermunculan travel-travel gelap yang berusaha menyelundupkan pemudik melalui jalur-jalur tikus.
Pelanggaran PSBB yang sederhana pun banyak, tidak menggunakan masker misalnya dengan alasan ketinggalan atau buru-buru. Â Atau sekedar cuci tangan setiap habis aktivitas atau keluar rumah. Aturan jaga jarak dan larangan berkerumun di tempat-tempat umum masih saja banyak dilanggar oleh masyarakat. Fenomena-fenomena di masyarakat tersebut menunjukkan bahwanya belum semua masyarakat paham tentang bahaya dan cara penanganan pandemi covid-19
Nah seandainya Tatanan Kehidupan Kenormalan Baru diterapkan, pelanggaran-pelanggaran semacam itu tidak lagi bisa ditolerir.  Pemberlakuan tatanan kehidupan kenormalan baru memerlukan kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan secara ketat.  Badan kesehatan dunia WHO memberikan rambu-rambu dalam penerapan tatanan kehidupan kenormalan baru, antara lain; penularan covid-19 sudah terkendali, sistem kesehatan sudah berjalan dengan baik, perilaku hidup bersih dan sehat sudah menjadi kebiasaan dan yang terpenting adalah adanya kesadaran masyarakat akan bahaya pandemi covid-19.  Melihat fenomena masyarakat seperti digambarkan di atas rasanya masih diperlukan edukasi yang lebih intens kepada masyarakat.  Masyarakat pun harus menunjukkan kepedulian dan ketaatan yang lebih, bukan sekedar kata-kata apalagi main kucing-kucingan, tetapi harus menjadi kebiasaan dan kesadaran pribadi.  The New Normal adalah kesadaran, ketaatan dan kedisiplinan diri, bukan terserah !!
Jkt, 260520