Mohon tunggu...
Masrura RamIdjal
Masrura RamIdjal Mohon Tunggu... Lainnya - PhD Candidate dari Oxford Brookes University, pengusaha Biro Perjalanan Wisata

Success is no accident. It is hard work, perseverance, learning, studying, sacrifice and most of all, love of what you are doing or learning to do (Pele)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mengapa Anda Juga Harus Datang ke Masjidil Aqsha?

15 April 2018   02:23 Diperbarui: 15 April 2018   04:10 1797
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

" Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami.Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." ( Qs Al Israa : 1)

Setiap memperingati peristiwa Isra Mi'raj Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassallam, kita merefleksikan sebuah peristiwa yang tidak dapat di terima oleh logika dan akal sehat kita sebagai manusia biasa tetapi oleh umat muslim di yakini dengan keimanan yang kuat.

Perjalanan yang berlangsung begitu cepat dan tidak terukur tersebut yang kemudian membuahkan perintah Allah Subhanahuwataala untuk menunaikan Shalat secara langsung kepada Nabi Muhammad Shallahu alaihi wassalam. Begitu pentingnya kewajiban shalat ini bagi umat Islam sehingga Allah Subhanahuwataala memerintahkannya langsung. 

Tak kalah pentingnya adalah tentang sebuah tempat bernama Masjidil Aqsha yang secara khusus disebut oleh Allah Subhanahuwataala dalam al Quran dan memberkahinya. Tempat yang menjadi kiblat pertama umat Islam selama kurang lebih 1 tahun 4 bulan sebelum akhirnya Allah Subhanahuwataala memerintahkan Rasulullah Shalallahu alaihi wassallam untuk memindahkan kiblat ke Masjidil Haram (Al Quran surah Al Baqarah; 144). Dalam salah satu hadist riwayat Al-Bukhari dan Muslim:

"Dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda : "Tidak boleh bersusah-payah bepergian, kecuali ke tiga masjid, (yaitu) Masjidil Haram, Masjid Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, dan Masjidil Aqsha" [HR Al-Bukhari dan Muslim].  

Begitu pentingnya tempat ini bagi umat Muslim, dan alangkah ruginya jika anda tidak sempat datang dan mengunjunginya.

Sejarah dari masa ke masa

Masjidil Aqsa adalah tempat yang selalu ingin dikunjungi oleh umat Islam, selain Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.  Tetapi mengunjungi tempat suci ketiga umat Islam ini tidak lah semudah seperti mengunjungi dua tempat suci lainnya tersebut. Perjalanan jauh yang memakan dana, waktu dan tenaga serta persiapan permintaan visa ke negara Israel yang juga memakan waktu yang lama.

Sebuah perjuangan tersendiri untuk datang, berkunjung dan sholat di Masjid suci yang merupakan kiblat pertama umat Islam ketika perintah sholat diberikan Allah Subhanahuwataala kepada Nabi Shalallahu alaihi wassalam.

Masjidil Aqsha diartikan sebagai "Masjid terjauh" dalam konteknya terjauh dari Mekkah. Masjidil Aqsa yang berada di sebuah  kawasan yang dulunya  disebut sebagai Al Haram Al Syarif atau tanah suci mulia yang membentang seluas 144.000 meter persegi. Perubahan penyebutan baru terjadi pada masa Kesultanan Utsmaniyah abad 16 -- awal 1918 M. Sedangkan bangunan masjidnya di sebut Jami' Al Aqsa atau Masjid Al Aqsha.

Dalam Al Quran Surah Al Isra ayat pertama Allah Subhanahuwataala menyebutkan langsung nama Masjidil Aqsha yang merupakan tempat singgah sewaktu Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam melakukan Isra Mi'raj dan Allah Subhanahuwataala juga memberkahi tempat itu dan sekelilingnya. Dalam sebuah hadist di riwayatkan :

"Wahai Rasulullah, masjid apakah yang pertama diletakkan oleh Allah di muka bumi?"Beliau bersabda, "Al-Masjid Al-Haram". Abu Dzar bertanya lagi, "Kemudian apa?". Beliau bersabda, "Kemudian Al-Masjid Al-Aqsha". Berkata Abu Mu'awiyah "Yakni Baitul Maqdis" . Abu Dzar bertanya lagi, "Berapa lama antara keduanya?". Beliau menjawab, "Empat puluh tahun". (H.R. Ahmad dari Abu Dzar).

Dari hadist tersebut kita mengetahui bahwa Masjidil Aqsha di bangun dengan waktu yang berdekatan dengan Masjidil Haram. Pondasi Masjidil Aqsha sudah diletakkan Allah  Subhanahuwataala sejak zaman Nabi Adam 'Alaihis Salam sebagaimana Allah SWT memerintahkan  Malaikat Jibril RA dan Nabi Adam AS untuk membangun rumah Allah yang pertama di muka bumi yang lalu kemudian dinaikan pondasinya oleh Nabi Ibrahim'Alaihis Salam  dan putranya nabi Ismail . 'Alaihis Salam

"  Sesungguhnya rumah ( ibadah ) pertama yang dibangun untuk manusia ialah ( Baitullah ) yang di Bakkah ( Mekkah ) yang diberkati dan menjadi petunjuk bagi seluruh alam ( QS. Ali Imran : 96 )

Dalam perjalanan waktu pondasi Masjidil Aqsha tersebut hancur akan tetapi wilayah tersebut tetap menjadi sebuah kawasan suci. Kemudian Nabi Ibrahim As pernah shalat di tanah tersebut dalam perjalanan nya ke Kana'an. Dalam sebuah riwayat, Ibnul Qayyinb Al Jauzy menyebutkan bahwa Masjidil Aqsha ini dibangun kembali diatas pondasinya oleh Nabi Ya'qub 'Alaihis Salam yang merupakan cucu Nabi Ibrahim 'Alaihis Salam putra Nabi Ishak'Alaihis Salam.

Kemudian bangunan Masjidil Aqsa ini dibangun kembali oleh Nabi Daud'Alaihis Salam  yang merupakan keturunan berikutnya dan juga oleh putranya yaitu Nabi Sulaiman 'Alaihis Salam . Nabi Sulaiman  'Alaihis Salam membangun Masjidil Aqsha/Baitul Maqdis ini dengan begitu megahnya, beliau  memanggil seluruh orang pandai pengikutnya dari golongan jin dan manusia. Menggunakan berbagai jenis bahan bangunan dan berbagai jenis permata sebagai hiasannya sebagai tempat beliau beribadah. Bangunan ini juga sering disebut Haikal Sulaiman atau Temple of Solomo.

Dalam sebuah penelitian disebutkan bahwa konstruksi tiang tiang kolom besar persegi dibagian utara masjid saat ini serta tembok temboknya itu berasal dari masa kekuasaan Romawi. Tembok -- tembok tersebut dibangun kembali setelah Yerusalem dihancurkan pada tahun 70 M dimasa kekuasaan kaisar Titus. Struktur bawah tanah bangunan ini berasal dari masa kembalinya orang Yahudi dari tempat pembuangan mereka di Babilonia.

Orang Yahudi percaya bahwa di areal Masjidil Aqsha ini adalah bagian dari pembangunan Bukit Kuil Suci II oleh Raja Herodes Agung pada tahun 19 SM dan merupakan bagian yang disebut serambi Salomo dari bangunan Bait Keduanya (ini salah satu yang menjadi akar permasalahan/perselisihan sampai saat ini )

Perebutan Kekuasaan

Sejak dulu wilayah Palestina atau Yerusalem adalah sebuah wilayah yang penting dan strategis sehingga menjadi perebutan dari berbagai kekuasaan (lihat bagian sejarah singkat Yerusalem di again lain buku ini). Sejak dari zaman sebelum masehi kekuasaan silih berganti menguasai wilayah ini. 

Kerajaan keturunan Bani Israil yang mulai menguasai wilayah ini bergonta-ganti dengan penguasa dari wilayah lain yang masuk dan menguasainya. Mulai dari Bangsa Babilonia, Maccabean, Persia, Romawi, hingga datangnya penguasa Muslim yang datang dan menguasai wilayah dibawah kepemimpinan Khalifah Umar bin Khatab Ra.

Pada bulan Mei 636 M, Kaisar Heraclius berambisi untuk mendapatkan kembali wilayahnya yang hilang akan tetapi pasukannya kalah pada perang Yarmuk pada agustus 636 M melawan pasukan Khalifah Umar Ra di bawah pimpinan Abu Ubaidah. Abu Ubaidah menaklukan kota Kaisarea dan Yerusalem dari Jabiya dengan di bant oleh Khalid bin Walid dan menggempur mundur pasukan Byzantium.

Pertempuran Yarmouk adalah pertempuran besar antara tentara Kekaisaran Byzantium dan pasukan Arab Muslim dari Kekhalifahan Rasyidin. Pertempuran itu terdiri dari serangkaian keterlibatan yang berlangsung selama enam hari pada bulan Agustus 636 M, dekat Sungai Yarmouk, saat ini adalah wilayah perbatasan Suriah-Yordania dan Suriah-Israel, sebelah timur Laut Galilea.

Hasil pertempuran tersebut adalah kemenangan Muslim yang mengakhiri kekuasaan Byzantium di Suriah. Pertempuran Yarmouk dianggap sebagai salah satu pertempuran paling menentukan dalam sejarah militer pasukan Muslim dalam menguasai jazirah Arab.

Kemudian Abu Ubaidah mengepung wilayah Yerusalem sejak November 636M. Setelah 6 bulan mengepung Yerusalem hingga akhirnya Patriarch Sophronius, penguasa Byzantium di Yerusalem menyerah dengan syarat bahwa dia hanya akan menyerah kepada Khalifah Umar Ra. Khalifah Umar Ra pada bulan  April 637M kemudian datang dan menerima penyerahan kota Yerusalem tersebut langsung dari Patriarch Sophronius. Dalam sebuah perjanjian yang terkenal dengan nama The Umariyya Covenant, Yerusalem di serahkan kepada Khalifah Umar Ra dan memberikan jaminan kebebasan sipil dan menjalankan agama Kristen dengan membayar Jizyah atau upeti. Khalifah Umar Ra atas nama umat Muslim menandatanganinya di saksikan oleh oleh Khalid, Amr, Abdurrahman bin Auf, dan Muawiyah. Pada akhir April 637M, Yerusalem secara resmi diserahkan kepada Khalifah. Untuk pertama kalinya, setelah hampir 500 tahun pemerintahan Romawi menindas orang-orang Yahudi  dan Kristen, tapi kali ini dibawah kekuasaan muslim mereka diizinkan untuk tinggal dan beribadah di dalam Yerusalem.

Dalam buku Jerusalem The Biography karangan Simon Sebag montefiore dituliskan peristiwa sewaktu Umar Ra tiba di Yerusalem, menjumpai Sophronius yang kemudian menyerahkan kunci kunci kota suci, Halaman 224 :

" Ketika muazin Umar memanggil shalat para tentara itu, Sophronius mengundang sang panglima shalat disana, tapi dia menolak, sambil memperingatkan bahwa ini akan menjadi tempat ibadah orang Islam.Umar tahu bahwa Rasulullah saw memuji Nabi Daud as dan Nabi Sulaiman as. " Bawa aku ke tempat suci Daud" dia meminta Sophornius. Dia dan tentaranya memasuki kuil, mungkin melalui gerbang nabi di selatan dan mendapatinya terkontamninasi "tumpukan kotoran yang ditempatkan orang orang kristen untuk merendahkan orang yahudi"

Umar meminta ditunjukan Holy of Holies. Sebagai pemeluk kristen dari Yahudi, Kaab al Ahbar, yang dikenal sebagai rabi menjawab bahwa, jika panglima menjaga " dinding itu" ( mungkin merujuk ke sisa sisa terakhir warisan Herod, termasuk Tembok Barat ) aku akan menunjukan kepadanya dimana sisa sisa kuil. Kaab menunjukan kepada Umar batu pondasi Kuil, batu yang oleh orang orang Arab disebut Sakhra.

Dibantu tentara tentaranya, Umar mulai membersihkan debu debu untuk membuat tempat shalat. Kaab menyarankan dia memilih tempat disebelah utara batu pondasi " sehingga kau akan memiliki dua qibla, yakni qibla Musa dan Muhammad"

" Kau masih condong kepada Yahudi" kata Umar kepada Kaab, sambil menempatkan rumah shalat pertamanya disebelah selatan batu, kira kira tepat ditempat Masjid Al aqsa kini berada, sehingga tempat itu menghadap ke Mekkah. Penduduk Yerusalem memang mensyaratkan Khalifah Umar bin Khatab yang berhak menerima penyerahan negeri mereka sebagai seorang Khalifah ( pemimpin umat Islam ) penduduk Yerusalem termasuk kaum Nasrani dan Yahudi memberikan kepercayaan  bahwa diri, harta mereka untuk dijaga dan dipelihara oleh Islam.Umar bin Khatab ra membebaskan areal Masjidil Aqsa pada tahun 637 M dan kemudian membangunnya kembali dengan kayu diatas pondasi aslinya."

Kekhalifahan muslimin menguasai wilayah Palestina (Yerusalem) dengan silih berganti kepemimpinannya hingga berakhir tahun 1099M sewaktu tentara Salib datang dan memporakporandakan wilayah ini serta menguasai wilayah Yerusalem ini. Akan tetapi kekuasaan kaum Salib ini tidaklah lama sampai kemudian Shalahuddin Ayyubi kembali mengambil alih kekuasaan di wilayah ini dan menguasai kembali (sejarah lengkap perang Salib ada di bagian lain buku ini).

Kisah awal struktur Masjidil Aqsa seperti diceritakan oleh Galia uskup Arculf, yang mengunjungi Yerusalem antara 679M dan 682M dimana dia menggambarkannya sebagai sebuah rumah untuk berdoa yang mampu menampung hingga 3.000 jamaah, dibangun dari balok kayu dan papan atas reruntuhan yang sudah ada sebelumnya.

Setelah masa Khulafaur Rasyidin berlalu dan kekuasaan Islam di pegang oleh Bani Ummayah yang dipimpin Khalifah Abdul Malik bin Marwan pada tahun 691 M (72 H) bangunan fisik Masjidil Aqsha disempurnakan dengan batu permanen dan merenovasinya dengan kubah berwarna kebiruan. Abdul Malik bin Marwan juga membangun bangunan berbentuk kubah yang melindungi batu pijakan Rasulullah saw sewaktu Mi'raj yang berlokasi 100 meter disebelah utara dari Masjidil Aqsa yang dikenal dengan Kubah As Shakrah (Dome of the rock )

Abdul Malik menggeser poros tengah masjid sekitar 40 meter ke arah barat, sesuai dengan rencana lengkapnya atas Al-Haram Asy-Syarif. Poros bangunan sebelumnya yang berbentuk sebuah ceruk, saat ini masih dikenal dengan sebutan "Mihrab Umar". Karena memperhatikan benar posisi  Kubah batu, Abdul Malik meminta arsiteknya menyejajarkan Masjid Al-Aqsa yang baru dengan posisi batu Ash Shakrah  sehingga sumbu utama utara-selatan Bukit Bait Suci yang sebelumnya, yaitu garis yang melalui Kubah Silsilah dan Mihrab Umar, menjadi bergeser. Kemudian putra Abdul Malik, Al Walid bin Abdul Malik menyelesaikan proses pembangunan yang sudah dimulai ayahnya hingga selesai.

Pada tahun 713M -- 714M, serangkaian gempa bumi telah merusak Yerusalem dan juga menghancurkan bagian timur masjid, yang akhirnya dibangun kembali pada masa pemerintahan Al-Walid. Untuk membiayai rekonstruksi ini, Al-Walid memerintahkan emas dari Kubah Ash-Shakhrah dicetak sebagai sebagai uang logam untuk membeli bahan-bahan bangunan. Masjid Al-Aqsha yang dibangun Umayyah kemungkinan besar berukuran 112 x 39 meter.

Masjidil Aqsha kembali mengalami beberapa kali gempa bumi yaitu pada tahun 746M. Pada tahun 753M Khalifah Abbasiyah yang kedua yaitu  Abu Jafar Al-Mansur menyatakan niatnya untuk memperbaiki masjid itu. Ia memerintahkan agar lempengan emas dan perak yang menutupi gerbang masjid dilepaskan dan dicetak menjadi uang dinar dan dirham untuk membiayai kegiatan rekonstruksi, yang diselesaikan pada tahun 771M. Gempa kedua yang terjadi pada tahun 774M kemudian merusak sebagian besar perbaikan Al-Mansur itu, kecuali perbaikan pada bagian selatan masjid. 

Pada tahun 780M, khalifah selanjutnya yaitu Muhammad Al-Mahdi membangunnya kembali, tapi beliau mengurangi panjangnya serta memperbesar lebarnya. Renovasi Al-Mahdi adalah renovasi pertama yang diketahui memiliki catatan tertulis yang menjelaskan hal itu. Pada tahun 985M, seorang ahli geografi Arab kelahiran Yerusalem bernama Al-Maqdisi mencatat bahwa masjid hasil renovasi memiliki "lima belas lengkungan dan lima belas gerbang".

Pada tahun 1033M terjadi lagi sebuah gempa bumi, yang begitu merusak struktur masjid. Antara tahun 1034M dan 1036M, khalifah Fatimiyah Ali Azh-Zhahir membangun kembali dan merenovasi masjid secara menyeluruh. Jumlah lengkungan secara drastis dikurangi dari lima belas menjadi tujuh. Azh-Zhahir membangun empat buah arkade untuk aula tengah dan lorong, yang saat ini berfungsi sebagai fondasi masjid. Aula tengah diperbesar dua kali lipat dari lebar lorong lainnya, dan memiliki ujung atap besar yang di atasnya dibangun sebuah kubah dari kayu.

Pada tahun 1095M, Kaisar Byzantium meminta bantuan kepada Paus Urbanus II di Roma untuk melawan pasukan Seljuk di semenanjung Anatolia. Paus kemudian menyetujuinya dan menjawab dengan seruan Perang Salib yang tidak hanya untuk melawan Pasukan Seljuk tetapi juga menaklukan Palestina/Yerusalem yang pada saat itu berada di bawah kekuasaan kaum Muslim Fatimiyah dari Bani Seljuk. Pasukan Salib lalu menguasai Yerusalem pada 15 Juli 1099M.

Sejarah mencatat bagaimana Pasukan Salib  membantai seluruh umat Islam yang berlarian menyelamatkan diri ke Masjid Al Aqsa dan tanpa memperdulikan tempat suci pasukan Salib membantai ribuan umat muslim tersebut, tua muda, perempuan dan termasuk anak-anak. Kengerian ini di gambarkan oleh Karen Arsmtrong, "darah menggenang sampai lutut". "Di mana-mana tercecer potongan-potongan tubuh manusia, badan tanpa kepala dan bagian-bagian tubuh yang dimutilasi, terserak-serak di segala penjuru," tambah Montefiore.

Kemudian Masjidil Aqsa di jadikan tempat tinggal oleh Godfrey dengan mengganti interior masjid menjadi Istana dengan kebun dan kamar-kamar. Symbol -- symbol Islam di tutup bahkan sebagian dari Masjid di jadikan kandang kuda. Begitupun halnya dengan Dome of the Rock yang kemudian di ubah menjadi gereja. Umat Islam di larang memasuki wilayah ini dan Masjidil Aqsha sunyi tanpa suara azan dan lantunan ayat -- ayat suci Al Quran selama beberapa lama. Para pasukan Salib juga membangun pavilyun berkubah di sisi barat dan timur bangunan. Pavilyun barat saat ini berfungsi sebagai masjid untuk kaum wanita dan pavilyun timur berfungsi sebagai Museum Islam

Pada tahun 1187 M Shalahudin Al Ayyubi merebut kembali Yerusalem dengan damai tanpa ada pertumpahan darah atau pembantaian umat Kristen atau Yahudi. Hal yang pertama di lakukannya adalah mencopot lambang Salib di atas Dome of the Rock. Beliau kemudian mengumumkan untuk menjamin keselamatan dan kebebasan beribadah bagi semua umat Kristen dan Yahudi yang berada di wilayah Palestina/Yerusalem saat itu dan hidup berdampingan dengan damai dengan umat Muslim pada masa itu.

Setelah Shalahuddin Al-Ayyubi berhasil memimpin Pasukannya merebut kembali Yerusalem melalui pengepungan pada tahun 1187 M, beberapa perbaikan dilakukan atas Masjidil Aqsha. Nuruddin Zengi yang menjadi Sultan sebelum Shalahuddin, sebelumnya telah menugaskan pembangunan mimbar baru yang terbuat dari Gading dan kayu pada tahun 1168 M -- 1169 M, namun mimbar itu baru selesai setelah ia wafat. Mimbar Nuruddin telah ditambahkan oleh Shalahuddin ke masjid pada bulan November 1187 M. Penguasa Ayyubiyah di Damaskus, Sultan Al-Muazzam, pada tahun 1218 M membangun serambi utara masjid dengan tiga buah gerbang. Pada tahun 1345 M, penguasa Mamluk di bawah pemerintahan Al-Kamil Shaban menambahkan dua lengkungan dan dua gerbang pada bagian timur masjid. Selama di kuasai Mamluk, banyak terjadi pertentangan dengan tentara Salib dan suku Mongol dan terjadi beberapa kali gempa yang merusak bangunan Masjidil Aqsa.

Pada Tahun 1517 M, kekhalifahan Ustmaniyah menguasai wilayah ini, akan tetapi Masjidil Aqsha tidak mengalami perbaikan karena mereka melakukan perbaikan pada Al-Haram Asy-Syarif (Bukit Bait Suci) secara keseluruhan. Hal ini termasuk antara lain pembangunan Air Mancur Qasim Pasha (1527 M), dan pembangunan tiga kubah yang berdiri bebas. Kubah yang paling terkenal ialah Kubah Nabi, dibangun pada tahun 1538 M. Semua pembangunan adalah atas perintah para Gubernur Utsmaniyah di Yerusalem dan bukan atas perintah para Sultan. Karena sewaktu di kuasai Utsmaniyah, wilayah Palestina di pegang oleh seorang Gubernur yang ditugaskan langsung oleh Sultan Utsmaniyah. Walaupun demikian, para Sultan melakukan penambahan pada menara-menara yang telah ada.

(Cerita lengkap dan kelanjutannya dapat anda baca dan nikmati di buku Trilogy " Perjalanan di bumi Para Nabi" buku 1 Masjidil Aqsa).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun