Mohon tunggu...
Masrizal RajoBasa
Masrizal RajoBasa Mohon Tunggu... Penulis - Pamong Budaya Sumatera Barat

Masrizal, S.Sos Pamong Budaya Sumatera Barat Dinas Kebudayaan Sumatera Barat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Memerdekakan Kebudayaan

26 Agustus 2019   11:48 Diperbarui: 26 Agustus 2019   11:53 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sedangkan menurut Bung Karno merdeka adalah "Berdikari atau Berdiri di atas kaki sendiri," merupakan salah satu kalimat yang disampaikan Presiden Pertama Indonesia itu saat pidato peringatan HUT RI pada 17 Agustus 1945. 

Dalam pidato tersebut, ada 3 prinsip yang ia kemukakan yakni sebagai bangsa yang meredeka kita haruslah berdaulat dalam bidang politik, ekonomi, dan kebudayaan.

Apa yang disampaikan oleh bung Karno tenti lebih dulu ada jika dibandingkandengan pengertian yang ada di dalam kamus besar bahasa Indonesia tentang arti sebuah kemerdekaan.

Untuk memahami makna memerdekakan kebudayaan, maka tentu kita harus tahu dulu apa arti dari kebudayaan. Ada banyak defenisi kebudayaan dari para Antropolog, Sosiolog dan praktisi kebudayaan baik nasional maupun internasional. Seperti Kontjaraningrat, Kihajar Dewantara, Selo Sumarjan, Malinowski, Herbert Spencer, C kluckhohn dan lain-lainya.

Akan tetapi, penulis akan mengambil salah satunya saja yaitu seorang Antropolog dari indonesia yaitu Koentjaraningrat. Menurutnya "kebudayaan adalah sekumpulan ide, gagasan, pola prilaku dan hasil karya manusia dalam kehidupannya sehari-hari, dimiliki secara bersama dan diwariskan secara turun temurun".

Nah, dari defenisi kemerdekaan dan kebudayaan tersebut, dapat dikatakan bahwa memerdekakan kebudayaan adalah membebaskan kebudayaan dari berbagai bentuk penjajahan yang akan merusak pola pikir, tingkah laku dan hasil karya budaya yang sudah menjadi ciri khas suatu bangsa tertentu sejak dahulu kala.

Dewasa ini penjajahan secara fisik oleh satu negara atas negara lain memang sudah tidak ada lagi di bumi Garuda ini. Akan tetapi bagaimanakah dengan penjajahan dalam bentuk non fisik dari berbagai aspek kehidupan seperti ekonomi, politik, sosial dan budaya. Apakah kita sudah benar-benar merdeka dari koloni-koloni baru yang setiap hari merasuki setiap ruang, waktu dan tempat.

 Semakin derasnya arus informasi dan tekhnologi telah merambah hampir semua sektor kehidupan kita. Hampir semua aktivitas yang dilakukan di ruang publik telah berganti ke dunia maya (cyber space). 

Akses informasi begitu mudahnya masuk secara masif dalam hitungan detik dengan membawa nilai, norma, ideologi, politik, sosial dan budaya yang beragam dari seluruh penjuru dunia dan akan saling pengaruh mempengaruhi identitas suatu suku bangsa (lihat tulisan saya: Ummat Smartphone).

Sekarang, kita layangkan pandangan jauh, kita fokuskan pandangan ke yang dekat. Kita kembali kepada pembicaraan mengenai kebudayaan. Masuknya budaya asing kedalam budaya tertentu adalah suatu keniscayaan, dalam kajian Antropologi disebut difusi kebudayaan. 

Akibat dari itu akan terjadi proses interaksi sosial yang berujung pada akulturasi budaya dan asimilasi kebudayaan.
Dari sudut pandang ini, Memerdekakan kebudayaan berarti membebaskan identitas kita sebagai sebuah bangsa yang memiliki diversitas budaya dari penjajahan atau koloni budaya asing yang tidak sesuai dengan unsur-unsur budaya bangsa kita sebagai orang timur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun