Mohon tunggu...
Rama Dio Syahputra
Rama Dio Syahputra Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang pelajar Indonesia di Perancis.

Saya senang memaknai dunia manusia yang hanya sementara ini. Di antara kebebasan dan keinginan, saya menghakimi makna itu dengan ditemani diri saya sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perancis dan Kebebasan Berpikir

23 April 2020   22:53 Diperbarui: 24 April 2020   16:07 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menulis di depan Notre Dame, Paris. Picture By : Rama Dio Syahputra

Sebagai seorang mahasiswa di Perancis, saya berusaha belajar sebanyak-banyaknya dari negara yang memiliki sejarah panjang ini. Mulai dari bahasa, budaya, cara hidup, sampai dengan pemikiran-pemikiran kehidupan yang sangat fundamental, saya benar-benar menyelami dan berusaha untuk memahami semua itu.

Sebelum saya menginjak tanah Perancis untuk yang pertama kalinya, saya sudah senang menggali dan mempelajari peradaban besar yang pernah dimiliki oleh bangsa mereka dari buku-buku. Hari demi hari, saya semakin belajar dan mengalami banyak sekali di sini, namun sayangnya masih kurang banyak. 

Pengetahuan saya akan sejarah dunia barat memang tidak lebih dalam dari satu cangkir kopi. Tetapi, saya rasa secangkir pengetahuan itu sudah cukup untuk menciptakan ribuan tulisan yang mungkin bisa saya bagikan di sini. Oleh karena itu, tidak ada salahnya untuk saya berbagi sedikit pengalaman dan petualangan saya yang sedang menyusuri benua ini.

Indonesia dan Perancis memiliki lebih banyak perbedaan ketimbang persamaan. Keduanya menganut sistem demokrasi, yang artinya kedua-duanya pun memiliki keyakinan terhadap kebebasan individu. Akan tetapi, ada satu perbedaan yang Indonesia tidak memilih untuk menjunjungnya dengan tinggi di hari ini, yakni kebebasan berpikir.

Di sini saya melihat setiap individu memiliki kebebasan yang besar sekali untuk berpikir. Tidak ada yang menilai apa lagi melarang, di Perancis kebebasan semacam itu selalu di jamin oleh kehidupan berbangsa dan bernegara yang mereka miliki. Saya tidak pernah mengatakan bahwa Indonesia tidak memiliki kapasitas yang sama dalam menjadi wadah kebebasan berpikir itu. Namun, hari demi hari saya merasa bahwa bangsa kita sedang mengarah ke dalam lubang kegagalan itu, sebuah lubang yang sangat dalam sehingga mampu menenggelamkan kebebasan seseorang.

Lantas apa pentingnya kebebasan berpikir?

Saya yakin, manusia memiliki kemampuan yang tidak terbatas dalam berpikir. Meskipun, hari ini kemampuan itu masih jauh dari sempurna, namun suatu hari nanti perabadan manusia akan mencapai pada titik tertingginya. Ketika saya melihat peradaban apa yang telah dibangun oleh dunia barat, saya menjadi tersadarkan bahwa pembangunan itu dapat berhasil karena melalui proses yang panjang sekali. Ribuan tahun mereka telah berperang melawan kebodohan, ketidakadilan, keserakahan, dan semua sifat-sifat buruk manusia lainnya, semua itu telah menguji mereka sampai pada akhirnya waktu menggiring mereka untuk melahirkan perubahan, atau yang biasa dikenal sebagai renaissance.

Saya tidak akan mengupas sejarah renaissance secara utuh di sini, namun saya ingin mengatakan bahwa pada dasarnya renaissance yang telah menciptakan perubahan bersar pada bangsa Eropa pun didasari oleh kebebasan berpikir.

Sebetulnya, kebebasan berpikir saja tidak cukup untuk membangun sebuah bangsa atau bahkan membangun sebuah peradaban baru. Bebas artinya bisa kemana pun, apa pun, dan juga bisa menjadi tidak terarah. Oleh karena itu, diperlukannya suatu kesadaran tinggi yang mendampingi kebebasan berpikir itu. 

Bertahun-tahun hidup di Perancis, saya telah menyaksikan kebebasan berpikir yang berkesadaran itu. Banyak dari  mereka yang memang tidak beragama atau mungkin tidak bertuhan, namun di sini mereka beretika dan berbuat baik antara satu sama lain, menjunjung sekali tinggi kemanusiaan, keadilan, dan persatuan. Terkadang saya merasa bahwa pancasila lebih hidup di Perancis ketimbang di negara saya sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun