Mohon tunggu...
Meneer Pangky
Meneer Pangky Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger

Blogger | Wiraswasta | meneerpangky.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Mengapa jadi Petani itu Miskin?

25 Februari 2016   17:05 Diperbarui: 26 Februari 2016   06:39 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Photo by Meneer Panqi"][Benih Padi]

Banyak sekali teman, tetangga, dan terutama warga desa yang kaya. Mereka biasanya memiliki lahan sawah antara 1-5 hektar. Kalo nilainya 500 juta/hektar, aset mereka sudah milyaran. Setidaknya untuk yang punya 5 hektar, aset mereka mencapai 2,5 milyar.

Rata-rata memang segitu, untuk petani padi yang serius dengan profesinya. Kalo ada yang sampai puluhan hektar, mereka bukan lagi kelompok petani biasa, tapi sudah pengusaha padi. Biasanya kelompok ini sudah menguasai bisnis padi dari hulu ke hilir.

Nah, sekarang aku pengen ngomongin "petani miskin". Yang berada dilapisan paling bawah dalam sistem ini. Aku ambil contoh petani miskin. Yaitu buruh tani atau tukang tempur dengan modal minim. Tapi, mereka punya relasi yang banyak sehingga mereka bisa bekerja dan menjual hasil padinya itu.

Anggap saja, buruh tani bekerja menjadi karyawan pada juragannya. Setiap masa panen dia sudah punya lahan untuk jadi penderep. Kita hitung rata-rata saja penghasilannya dalam sehari. Biasanya, satu keluarga terdiri dari tiga orang bisa menghasilkan "catu" satu kwintal gabah basah.

Jika dikalikan dengan harga gabah basah sekitar Rp. 4500,-/kg, dalam sehari penghasilan keluarga ini menjadi Rp. 450.000,-/bruto. Biasanya satu musim panen di desa rata-rata sebulan. Penghasilan kotor dalam sebulan di musim panen, sebuah keluarga bisa menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 13.500.000,-. Fantastis ya!

Sedangkan, untuk tukang tempur dengan modal minim. Tukang tempur ini biasanya langsung membeli kepada petani. Anggap saja tukang tempur ini bisa melakukan pembelian se-rit. Kapasitas se-rit mobil dump truck itu sekitar tujuh ton padi.

Sistem pembeliannya anggaplah terjadi kesepakatan pada harga Rp. 4.800/kg. Dalam satu kali transaksi jumlah yang harus dibayarkan sebesar 7.000X4.800 = 33.600.000,-. Jadi modal bergilir tukang tempur sebesar Rp. 40.000.000,-.

Kemudian timbul pertanyaan, tukang tempur ini dapat untung darimana? Ia dapat untung dari selisih yang didapat biasanya sebesar Rp. 25.000 - 50.000/kwintal. Kisaran margin berada pada kisaran harga tersebut. Ini bukan riset, tapi pengalaman sendiri, saat menjadi tukang tempur modal minim, 25 jt.

Jika dikalikan 50.000X70, itu sebesar Rp. 3.500.000. Artinya dalam sehari jika bisa transaksi se-rit, keuntungan yang didapat sebesar 3,5 jt. Fantastis bukan, ini sehari loh! Bayangkan jika dibandingkan dengan gaji karyawan pabrik. 3,5 jt itu sebulan.

Tapi, jangan terbuai dulu. Anggaplah ini transaksi sukses. Sebab, kenyataan bisnis tetap ada resiko. Itulah mengapa Islam melarang bunga dan riba, dan menghalalkan jual-beli. Karena substansi riba itu tanpa resiko.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun