Mohon tunggu...
Meneer Pangky
Meneer Pangky Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger

Blogger | Wiraswasta | meneerpangky.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Aku Ditampar Sahabatku

24 November 2016   17:27 Diperbarui: 24 November 2016   17:34 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Logo LBH Indramayu. @meneerpanqi, 2016.

Namanya Tarmudi, namun aku biasa memanggilnya dengan sebutan “mud”. Dia sahabatku dari Desa Kertawinangun, Kandanghaur. Jika ngomong ya khas banget logat ‘dermayon-nya’. Setelah selesai kuliah hukum ia pulang kampung, aktivitasnya sekarang menjadi Direktur LBH Indramayu. Kami lama tak jumpa, perjumpaan terakhir dengannya tahun 2007.

Dari namanya, bisa ditebak sahabatku ini dermayon tulen. Jadi, jangan heran kalo ngomong ya ‘tosblong’ banget. Tidak pake rem, blak-blakan aja. Sejak kecil ia mengidolakan tokoh wayang ‘Jagal Abi Lawa’, yakni nama muda Raden Bima. Saking gandrung-nya dengan Jagal Abi Lawa, kepribadiannya pun nggak beda dengan tokoh Raden Bima. Kalo ngomong ya kasar, apa adanya, dan nggak mau bohong.

Lucunya, meski kepribadian mirip dengan Raden Bima. Tapi, badannya kecil. Jauh banget dengan Raden Bima yang tinggi dan gagah perkasa. Tarmudi ini pendek, dari penampilannya nggak meyakinkan banget. Hahhahaa. Itulah satu-satunya kekurangan yang dimiliki. Kalo urusan ilmu hukum dan ngomong, wah jangan tanya. Siapapun bakal ciut nyalinya saat berbantai argumen dengannya?

Karena lama nggak jumpa, kami pun melepas kangen. Ngobrol ngalor-ngidul nggak jelas. Kopi item terasa gurih pada saat menemani obrolan kami. Sudah dua gelas kami habiskan. Obrolan mengalir begitu aja. Tanpa beban.

Suatu hari, Tarmudi mengunjungiku lagi dan berkata. “Neer, aku butuh bantuanmu, begini dan begitu!”.

“Oh, silahkan. Siap mud”.

Kemudian aku bantu Tarmudi, membuatkan segala kebutuhan branding lembaganya. Dia tertarik untuk mengembangkan grand design brand LBH Indramayu yang baru saja ia dirikan. Dia setuju, untuk mengenalkan lembaga baru itu butuh perencanaan konsep brand yang benar. Semua kebutuhannya selesai kubuat. Lalu, pada suatu hari kami bertemu kembali.

“Neer,” Tarmudi memulai pembicaraan.

“Ya mud?”

“Wis beres?”

“Beres. Kien CP, BC, lan kien konsep brandinge”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun