Mohon tunggu...
Meneer Pangky
Meneer Pangky Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger

Blogger | Wiraswasta | meneerpangky.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Slogan Baru Golkar "Bersih dan Bangkit"

24 Desember 2017   03:58 Diperbarui: 25 Desember 2017   01:56 1853
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Suara Golkar Suara Rakyat", siapa yang tidak tahu tagline Partai Golkar ini. Tagline ini sukses dalam positioning brand Golkar dan tidak membuat tersungkur dalam pemilu. Saat Demokrat dan PDIP terkoreksi, Golkar masih berjaya menjadi runner up pemilu.

Golkar sebenarnya sudah beberapa kali mengganti tagline-nya. Hal itu untuk perubahan pada brand image yang ingin ditanamkan kepada benak rakyat. Sejak awal kelahiran Golkar menawarkan sesuatu yang baru. Pada tahun 1964 partai ini menawarkan program-program yang dianggap baik oleh haluan partai tanpa disekat ideologi. Golkar mencoba keluar dari kerumitan perang ideologi yang kontraproduktif antara nasionalisme, agama, dan komunisme.

Usungan ideologi yang ditawarkan adalah modernisme dan non sektarian kecuali komunisme. Jadi, sejak didirikan konsisten sebagai alternatif sistem politik, sebab ideologi politik impor dianggap kurang cocok dengan budaya Indonesia. Konsep ini diperkenalkan oleh Soekarno melalui "nasakom". Lalu, disempurnakan oleh AD untuk mengimbangi kekuatan PKI pada masa Demokrasi Terpimpin. Soekarno dan Soeharto, hanya satu bedanya, komunisme. Golkar minus ideologi yang ditemukan oleh Karl Marx itu.

Sebagai partai yang didirikan penguasa pada saat itu, Golkar tentu diuntungkan. Saya pikir membicarakan Golkar pada orde baru kurang menarik. Ada empat faktor yang membuatnya senantiasa memenangkan pemilu yakni, opsus jaringan intelijen, politik monoloyalitas, massa mengambang dan azas tunggal.

Namun, sejak masa reformasi dan tumbangnya orde baru Golkar mengubah strategi politiknya. Slogan yang dikenalkan adalah "Golkar Paradigma Baru". Tagline ini berhasil menarik pemilih. Ada beberapa hal yang dilakukan untuk memenuhi janji paradigma baru tersebut. Diantaranya, mengubah Dewan Pembina yang punya kewenangan besar, diganti dengan Dewan Penasehat. Mendorong kaderisasi merit system dan menjaring calon presiden melalui mekanisme konvensi.

Dengan perubahan paradigma tersebut positioning brand Golkar pada saat itu sebagai sebuah partai telah berubah, dianggap lebih demokratis oleh rakyat. Hasil pemilu 1999 dan 2004 menempatkan Golkar sebagai runner up dan winner. Setelah itu Golkar mengubah tagline-nya  menjadi "Suara Golkar Suara Rakyat". 

Pada saat itu perubahan dilakukan untuk bersaing merebut posisi presiden kembali. Hasil akhirnya tak disangka capres-cawapres usungan Golkar tak pernah menang dalam dua kali pilpres. Meski kalah saya masih acungi jempol pada 2004 dan 2009, beda dengan pilpres 2014 Golkar tidak menjadi pemain. Meski partai runner up pemilu tak ada kadernya yang dicapres-cawapreskan. Meski dalam pilpres selalu kalah, dalam pemilu Golkar cukup puas dua pemilu terakhir keluar sebagai runner up.

Tahun 2009 SBY kekuatannya tak tertandingi, kemenangan dengan mudah diperoleh dalam satu kali putaran. Tahu diri kalah dan tak bisa mengangkat suara Golkar, JK dengan gentle mempercepat munas. Bagi saya, ini sesuatu banget. Jiwa leadership Daeng Kalla patut dicontoh pemimpin-peminpin lain di negeri ini. Selanjutnya, pada pilpres 2014 muncul sosok baru dalam pentas nasional yaitu Joko Widodo. Puasa kekuasan selama 10 tahun yang konsisten oleh PDIP menjadikan rakyat ingin perubahan. Tak heran PDIP menang telak. Bahkan, pada saat itu ada istilah Jokowi Effect.

Demokrat pun terjun bebas suaranya karena masalah dirundung masalah korupsi. Demikian juga dengan Golkar yang diprediksi akan mengalami hal yang sama. Kasus lapindo adalah dosa Ical untuk rakyat Indonesia. Prediksi itu meleset. "Suara Rakyat Suara Golkar" ternyata ini masih cukup ampuh menarik konstituen untuk tetap memilih Golkar.

Perkembangan berikutnya terjadi dualitas kepemimpinan. Kubu Agung Laksono mengubah tagline Golkar. Memang hanya pemindahan kata Rakyat dan Golkar namun hal itu sempat ramai karena dipakai kubu Agung Laksono untuk komunikasi pemasaran, terutama melalui billboard dan spanduk. Sebab, ada kritikan yang memplesetkan menjadi suara penguasa, suara Golkar.

Tagline ini berusaha memperkuat positioning brand golkar, dimana menginginkan agar masyarakat tetap menjadikan Golkar sebagai pilihan politiknya. Demikian juga pada saat kepemimpinan Setya Novanto perubahan tagline juga ada. Dengan tujuan untuk memperkuat positioning menjadi "Golkar Sahabat Rakyat". Memberikan kesan pada konstituen bahwa Golkar merupakan sahabatnya rakyat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun