Mohon tunggu...
Semanggi
Semanggi Mohon Tunggu... Guru - Content writer | I am a Teacher and I am Proud.

Don't leave a day without new knowledge.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Unspeakable Memories, Kehilangan

10 Februari 2021   23:35 Diperbarui: 11 Februari 2021   07:15 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Kehilangan orang terdekat menjadi momen yang paling menakutkan bagi setiap orang. Padahal kita sadar akan kenyataan bahwa semua makhluk hidup akan kembali kepada Nya.

Sudah tiga tahun berlalu sejak bapak kembali kepada sang Khaliq. Semasa hidupnya, bapak berprofesi sebagai pengawas sekolah di kabupaten Labuhanbatu Selatan. Orang -- orang mengenal bapak sebagai sosok yang mudah bergaul meskipun pendiam, disiplin terhadap pekerjaan dan aktif dalam berbagai kegiatan organisasi masyarakat.

Suatu hari, di tahun 2013. Bapak tiba -- tiba menelepon suster asrama untuk menyuruhku pulang pada hari sabtu nanti. Ya, saat itu aku sedang menempuh pendidikan pada jenjang sekolah menengah atas di sekolah katolik. Sungguh hati tidak tenang, ada gerangan apa sampai bapak menelepon suster asrama. Hari sabtu pun tiba, aku bergegas pulang kerumah dengan waktu perjalanan hampir 3 jam.

Pukul 16.00 wib aku sampai di rumah dan langsung mencari bapak untuk menanyakan ada keperluan apa, dengan senyuman bapak membuka notebook dan menyerahkan modem lalu berkata" tolong bantu bapak mengumpulkan materi ini, sambil menunjukkan pesan dari atasannya". 

Oh, oke pak, aku kirain tadi ada apa, sampai khawatir di perjalanan. Pada tahun 2013 gawai adalah barang lux yang tidak semua orang bisa memiliki dan menggunakannya, termasuklah Bapak dan mamaku, jadi kalau ada keperluan ketik mengetik sudah pastilah menjadi tugasku, tapi kalau pakai mesin tik aku bukanlah tandingan bapak hehe.

Satu jam berlalu mencari materi dan berdiskusi, akhirnya kami menemukan poin -- poin penting yang relevan dengan tugas bapak. "tapi kalau tampilannya seperti ini (word) kurang menarikkan dilihat orang" ucap bapak di saat aku asik mengclose semua pencarian. " tugasnya bukan seperti klipping pak?" ucap ku membalas. 

"Bukan, nanti bapak berdiri di depan menjelaskan materi ini kepada kepala sekolah dan rekan pengawas" sahut bapak menjelaskan. Ohh.. kalau seperti itu kita tampilkan dalam bentuk power point saja ya pak, biar lebih mudah disampaikan nanti dan di balas dengan anggukan setuju oleh bapak.

Aku mulai membuat PPT disertai dengan pertanyaan -- pertanyaan keingin tahuan bapak terkait bagaimana membuat PPT yang kadang ku jawab kadang tidak. 

Akhirnya PPT selesai dengan desain pilihan bapak. Malam hari, ku lihat bapak sibuk berlatih menampilkan PPT yang sudah kami buat. Masni.. bapak memanggilku. 

Ya.. pak, ada apa?. Coba duduk disini dan nilai bapak. Aku tersenyum, dan mulai menilai penampilan bapak. Udah bagus loh pak penampilannya (sambil tepuk tangan), tapi lebih baik kalau di sertai dengan brainstorming dulu, contoh nya seperti ini, sambil menggerakkan kedua tangan ku berlawanan arah, tujuan nya supaya rekan -- rekan yang melihat penampilan bapak fresh dan siap menerima materi dari bapak. Boleh juga sahut bapak. Akhirnya kami berlatih bersama -- sama mempersiapkan penampilan bapak di hari senin.

Minggu pun tiba, aku harus kembali ke Asrama untuk melanjutkan pendidikan. Sudah tiga hari berlalu tapi aku belum menerima kabar tentang penampilan bapak. Maklumlah karena tinggal di Asrama tidak di perkenankan memakai HP. 

Masih penasaran bagaimana hasilnya, aku memutuskan pulang di hari sabtu (yang biasanya sebulan 1-2 kali, jadi tiap minggu). Sesampainya di rumah, aku menemukan bapak baru pulang dari ladang. 

Belum sempat aku bertanya, bapak memberitahu bahwa ada piala di ruang tamu yang harus aku lihat, dan benar saja ada sebuah piala dengan tulisan "pengawas berprestasi dan inovatif", dari jendela ku lirik wajahnya, ada sebuah senyuman terlukis di sana, Selamat ya Pak, ku rangkul lengan kanannya.

***

Medan, 19 Agustus 2017

You're my flashlight, light, light. You're my flashlight (hp ku berdering) ada panggilan masuk dari abang iparku. Degg!! Hati ku sakit, air mataku bercucuran tiada henti, gelap, bingung, hampa, marah menjadi satu. Bapak telah berpulang. Tak sanggup menerima kenyataan, Idolaku, Kebanggaanku, sosok yang selalu memotivasi pergi selama -- lamanya. Air mata mengalir di sepanjang perjalanan, mengapa secepat ini???

            Pada saat ini aku sedang berjuang dengan skripsiku, tinggal satu tahapan (meja hijau) lagi aku akan menjadi sarjana, tak sabarkah bapak melihat aku menjadi sarjana pak, ucapku dalam tangisan. Semua saudara ku menenangkan dan menguatkan aku. Ya, aku adalah orang yang paling dekat dengan bapak (menurut keluarga). Kami berdua bisa berbincang lama membahas tayangan televisi, berdebat dan tertawa. Bila sedang libur kuliah, siang hari kami membuat martabak meskipun gagal,  ku sediakan jus menemani sorenya, memijat kaki dan pundaknya di malam hari.

            Tubuhmu kaku dan pucat, tak sanggup aku melihatnya. "jangan menangis, jangan menangis" selalu terngiang -- ngiang di telinga ku, apakah itu bisikanmu pak ? ku pandangi wajah mu, dan selalu ku ucapkan kata maaf dalam hatiku, maaf... maaf.. maaf tidak berada di dekatmu saat--saat terakhir. Keputusasaan terlihat jelas di wajah keluarga ku, kami harus ikhlas, kuat, dan tabah atas musibah ini.

***

Langgapayung, 10 Februari 2021

Hari ini aku membersihkan file -- file di laptop dan menemukan pesan dari bapak yang sempat aku abadikan. Hati ku sakit, air mataku mengalir lagi. Pesan nya biasa namun menyentuh nadi -- nadi tubuhku. "burju hamu da boru pudan (baik -- baik kamu ya anak perempuan bungsuku". Mengingatkan ku akan semangat bapak dalam menjalani hidup. Saat ini aku berprofesi guru di sekolah dasar, mengikuti jejak bapak, aku juga aktif di banyak kegiatan. Ya, lagi -- lagi mengikuti jejak bapak.

Merelakan seseorang yang sangat dicintai dalam hidup adalah sesuatu yang sulit dilakukan. Ada perasaan sedih, sakit dan marah yang teramat dalam di sertai dengan kesepian. Semua perasaan yang rumit itu seakan menjelaskan kita sedang merasa kehilangan. Kita akan kehilangan seseorang yang sangat berharga, dan hati kita akan benar -- benar terluka dan tidak akan pernah benar -- benar sembuh. Tapi, dia akan hidup selamanya di dalam hati kita yang terluka . Sehingga dengan adanya rasa kehilangan ini kita bisa mengingat dan mendoakan mereka selama-lama nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun