Mohon tunggu...
Nico Aditia
Nico Aditia Mohon Tunggu... Penulis - menulis dan berbagi ide

komen untuk komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Financial

Berburu Imbal Hasil dan Manfaat Jangka Panjang

24 Oktober 2018   08:47 Diperbarui: 24 Oktober 2018   09:10 537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Apa beda investasi dengan menabung? Saya yakin hampir semua akan berkata beda. Menabung adalah menyisihkan konsumsi (uan) untuk digunakan pada masa mendatang. Sementara investasi adalah mengalokasikan aset (uang) pada instrumen lain untuk mendapatkan imbal hasil tertentu. Dari definisi tersebut, keduanya tentu berbeda, yang satu terkait dengan konsumsi dan satu lagi terkait dengan aset. 

Persamaannya? Dua-duanya bisa dalam bentuk uang.  Bagi kalangan yang lahir sebelum tahun 90an mungkin masih ingat nasihat orang tua tentang uang. Banyak masyarakat saat itu memiliki pandangan bahwa dengan menabung maka mereka akan bisa menjadi orang kaya. Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit katanya. Namun demikian, anggapan dengan menabung bisa menjadi kaya nampaknya banyak ditolak jika kita bertanya pada orang zaman sekarang ini. 

Apalagi pada generasi millenial. Dengan kecanggihan internet dan banyaknya informasi yang mereka dapatkan, jalan menuju kaya menurut mereka bukan berasal dari menabung. Apalagi jika kita rajin mengikuti komunitas-komunitas tertentu. Slogan nabung menjadi kaya tidak akan lagi kita peroleh.

Bagi kalangan muda saat ini, istilah yang populer untuk mendapatkan kekayaan adalah investasi. Banyak rujukan, tokoh, buku dan kisah sukses yang menceritakan hal itu. Sangat sedikit bahkan dibilang tidak ada materi yang mengisahkan menabung bisa menjadi kaya. 

Pergeseran paradigma ini tentu sudah melalui bukti empiris dari berbagai kalangan yang mencoba membuktikan hal itu. Mencoba untuk menyisihkan konsumsi agar menjadi kaya tapi sepertinya banyak yang telah melakukan tapi tak pernah jadi kaya.

Tidak heran jika paradigma baru, investasi, mudah diterima oleh banyak kalangan sebagai cara atau jalan menuju kaya. Kata-kata investasi seolah menjadi stempel yang menandakan bahwa kegiatan, instrumen, atau biaya yang dikeluarkan akan merubah kondisi seseorang di masa depan. Lihat saja seminar-seminar atau workshop yang selalu menggunakan kata "investasi" ketimbang "biaya" sebagai syarat keikutsertaannya.

Tidak heran jika belakangan ini banyak bermunculan acara, perkumpulan dan platform bisnis yang bertemakan investasi. Investasi properti misalnya, menjadi primadona pada awal tahun 2000an. Investasi ini booming katanya karena memberikan imbal hasil yang sangat besar dalam tempo cukup cepat. Bahkan dalam ulasan seminar di media sosial, investasi ini bisa dilakukan tanpa mengeluarkan modal sedikit pun. Arah perkembangan investasi kemudian berubah. Emas menjadi primadona berikutnya. 

Entah siapa yang mencetus, investasi emas batangan kemudian menjadi tren investasi kala itu. Investasinya dipandang mudah karena kita dapat berinvestasi emas batangan mulai dari ukuran 1 gram saja. Setelah emas, kemudian bermunculan investasi dalam bentuk riil. Artinya investasi dalam bentuk membuka usaha melalui skema francise. 

Usaha yang dianggap profitable dan memiliki masa depan cerah menjadi sasaran investasi. Usaha tersebut digandakan berlipat-lipat dalam hal wujud, nama dan barang dagangannya. Beberapa usaha yang dulu dianggap kampungan bisa merambah ke seluruh pelosok Indonesia, mulai dari gerai di jalanan hingga di dalam mall mewah.

Roda investasi nampaknya tidak berhenti di francise saja. Seiring perkembangan teknologi, investasi juga makin berkembang bentuknya. Di awal booming facebook, banyak terbentuk group yang menawarkan skema investasi pada usahanya. Investasi yang ditawarkan juga memiliki banyak rupa, mulai dari investasi bagi hasil hingga berdasarkan sistem slot. 

Tak jarang, investasi macam ini berujung pada kekecewaan. Hal ini dikarenakan investee ingkar janji, salah perhitungan bisnis atau usaha baru berupa konsep belum diiringi kemampuan manajemen. Namun hal inilah yang kemudian menjadi celah lahirnya platform-platform investasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun