Mohon tunggu...
Mas Nawir
Mas Nawir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta/Penulis lepas

Vlogger Blogger Youtuber

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pengalaman sebagai Pengurus Jenazah

20 Juni 2020   00:04 Diperbarui: 19 Juni 2020   23:54 1213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : suryamalang.tribunnews.com

Beberapa waktu yang lalu saya juga menyediakan kain kafan yang dibeli dari pemberian keluarga sahibul musibah. Akan tetapi terkadang, keluarga tidak mengembalikan kain kafan yang sudah dipakai sehingga semakin lama kain kafan semakin habis dan saya tak ada uang lagi untuk membeli.

Saya bersyukur saat ini tiap RW di wilayah perumahan kami sudah tersedia kain kafan dan peralatan pemandian jenazah, sehingga saat ada orang meninggal saya tak lagi harus ke kota untuk membeli.

Jadi saat ada orang meninggal kain kafan sudah tersedia, jadi kami hanya mengupayakan batu nisan, papan kubur, dan bunga bila diperlukan.

Di tempat kami pernah terjadi, warga meninggal dunia 1 minggu berturut-turut. Petugas penggali makam sampai heran mengapa bisa ada kematian berturut-turut sampai satu minggu lamanya. Bahkan sehari bisa 4 orang. Dan yang meninggal bukan hanya orang tua tapi juga anak-anak, dan meninggal dunia dengan berbagai sebab.

Dulu saya menyimpan peralatan pemandian jenazah di samping rumah. Ember, meja pemandian, gayung, dan segala peralatan.
Tapi belakangan warga ada yang protes karena merasa terganggu akan keberadaan barang-barang tersebut, jadi semua peralatan kini disimpan di Masjid.

Entah karena kebiasaan atau apa, setiap kali mau ada orang meninggal, saya seperti mendapat pertanda. Entah ada binatang piaraan mati, atau pertanda lain.

Sebagai petugas pemulasaraan jenazah, saya harus siap selama 24 jam sehari. Sebab orang meninggal setiap saat, bahkan seringkali tengah malam pintu rumah kami digedor orang untuk meminta bantuan. Karena itu sebuah panggilan dan pengabdian, saya tetap bersemangat bangun dan melaksanakan kewajiban.

Hikmah sebagai petugas pemulasaraan jenazah adalah dikenal dan dihormati oleh banyak orang. Terlebih keluarga almarhum yang telah telah terbantu. Ada juga diantara mereka yang menjalin hubungan seperti saudara dengan keluarga kami, bahkan sampai mereka pindah rumah ke tempat lain.

Sebagai petugas perawat jenazah, saya juga mendapatkan banyak mamfaat. Saya menjadi punya banyak saudara dan kenalan.
Mulai dari para sopir ambulans dan petugas kamar mayat rumah sakit. Bahkan saya juga kenal dengan banyak anggota kepolisian karena sering juga diajak merawat jenazah korban kecelakaan.

Ada hal yang terpenting yang saya ingat tentang pemulasaraan jenazah, yaitu pesan almarhum ibu saya yang juga seorang perawat Jenazah. Bahwa orang yang meninggal dunia adalah orang yang telah dipanggil Tuhan untuk kembali ke Alam Barzakh. Jadi orang yang merawat jenazah hidupnya akan ditanggung oleh Allah. Dan tak perlu merasa kawatir akan kehilangan rejeki.

Sehingga saat merawat jenazah dan kehilangan pendapatan karena tidak bisa bekerja maka yakinlah bahwa Allah akan menggantinya dengan berlipat ganda di lain waktu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun