Mohon tunggu...
Mas Nawir
Mas Nawir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta/Penulis lepas

Vlogger Blogger Youtuber

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengapa Orang Tertarik Kerja di Kapal Laut?

8 Mei 2020   00:36 Diperbarui: 8 Mei 2020   09:18 2710
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kapal ini berlayar di lautan selama 2 bulan. Dan setiap ABK masing-masing bisa membawa uang antara 2-3 juta perorang setiap dua bulan saat kapal merapat ke dermaga. 

Saya juga pernah ikut dalam sebuah rombongan kapal penangkap ikan yang beroperasi di lautan luas. Selama 2 bulan di tengah lautan lepas itu rasanya memang sangat luas. Tak ada internet, makan ikan nyaris setiap hari, dan indomie merupakan menu pokok yang tak pernah puas untuk dknikmati.

Saat paling menegangkan adalah saat malam hari menebarkan jaring yang panjangnya ratusan meter, dan dioperasikan menggunakan mesin hidrolik. Ikan-ikan yang berhasil ditangkap dipisahkan langsung besar kecilnya. Beberapa jenis ikan langsung dipotong, dikemas dan dimasukkan ke dalam mesin pendingin. 

Saat berada dalam pelayaran selama 2 bulan, saya banyak mendengar curhatan para ABK, yang harus menahan rindu dengan keluarga di rumah. Apalagi kalau pas di tengah menemui hujan badai dan gelombang tinggi sementara sessi penangkapan belum selesai. Semua ABK harus berjuang antara hidup dan mati. Bertahan antara hujan badai demi tangkapan ikan yang tak boleh lepas.

Terkadang saat kembali ke darat, para ABK kapal ini membawa hasil sesuai harapan. Tapi terkadang saat pulang hanya membawa sekedar beberapa ratus ribu karena hasil tangkapan yang minim.

Seorang ABK yang tak mau disebutkan namanya menuturkan bahwa ia memiliki pengalaman ikut kapal tangkap ikan milik perusahaan luar negeri. Saat kapal sudah berlayar ke tengah laut, dan waktu berlayar masih lama, ada ABK yang meninggal dunia, sementara di kapal tidak tersedia tempat khusus untuk menyimpan jenazah, apa yang harus dilakukan? 

Kalau jenazah tetap dibawa sampai masa pelayaran berakhir, sementara tidak ada penyimpanan jenazah yang memadai, maka menyimpan jenazah akan menjadi masalah bagi seluruh kru kapal.

Mungkin kalau koordinat kapal dekat dengan syahbandar setempat, kru kapal bisa meminta tolong kepada otoritas setempat untuk membawa jenazah ke darat dan menyerahkan kepada keluarga jenazah untuk kemudian dikuburkan. 

Tapi bagaimana bila lokasinya berada di tengah samudera yang teramat luas dan tak terjangkau oleh otoritas setempat? 

Satu-satunya jalan hanya melarung jenazah ke laut untuk menghindarkan ABK lain dari gangguan bau mayat dan mengantisipasi penyebaran penyakit akibat adanya jenazah seperti video yang viral baru-baru ini.

Sebenarnya sesuai ILO Seafarer's Service Regulations, jenazah ABK boleh dilarung asal meninggalnya sudah lebih 24 jam. Kapten kapal sudah memberitahu pihak perusahaan agar menyampaikan kepada keluarga, dan kapal berada di wilayah pelayaran international, serta pelarungan harus sesuai standar tidak mengambang dengan memberikan pemberat pada jenazah yang dilarung. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun