Mohon tunggu...
Mas Nawir
Mas Nawir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta/Penulis lepas

Vlogger Blogger Youtuber

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Refleksi Peringatan Hari Kartini 2020

21 April 2020   05:53 Diperbarui: 21 April 2020   06:43 869
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ra. KARTINI /kompas.com

Apa hikmah yang bisa dipetik dari sebuah Peringatan secara Nasional,  terlebih hal itu sebagai tonggak awal sebuah gerakan yang mempengaruhi sifat dan perilaku secara umum? 

Tanggal 21 April diperingati sebagai Hari Kartini sebagai penghormatan untuk seorang tokoh emansipasi  perempuan pribumi Indonesia. 

Raden Ajeng Kartini nama perempuan ini yang telah melakukan gerakan yang cukup berpengaruh bagi peran para perempuan Indonesia melalui surat-surat yang ia tulis kepada sahabat korespondennya di Belanda yang salah satunya  adalah Rosa Abendanon 

Ia menggambarkan penderitaan perempuan Jawa akibat kungkungan adat, yaitu tidak bisa bebas duduk di bangku sekolah, harus dipingit, dinikahkan dengan laki-laki yang tak dikenal, dan harus bersedia dimadu.

Oleh Abendon,  surat-surat Kartini ini diterbitkan dalam sebuah buku dengan judul Door Duisternis tot Licht yang arti harfiahnya "Dari Kegelapan Menuju Cahaya".

Buku ini kemudian mempengaruhi  cara pandang tokoh-tokoh Eropa terhadap perempuan Pribumi. 

Bahkan tokoh Nasional WR Soepratman menggubah lagu berjudul Ibu Kita Kartini,  yang di era berikutnya menjadi lagu Nasional yang  sangat dihafal oleh anak-anak Sekolah di Indonesia. 

Hari ini, tanggal 21 April 2020 memang tidak ada acara seremonial untuk memperingati Hari Kartini dengan  upacara anak sekolah yang biasanya diikuti menggggunakan berbagai macam baju adat. 

Akan tetapi tidaklah mengurangi makna temtang Hari Kartini yang telah ditetapkan oleh Presiden Soekarno  sebagai Hari Nasional. 

Semangat juang Kartini memang harus tetap hidup dalam sanubari perempuan-perempuan Indonesia,  sebagai tolok ukur emansipasi  para perempuan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun