Gerimis mengguyur bumi, Â seorang perempuan tua beringsut dari duduknya. Â Bergeser di bawah tenda warung yang kebetulan kosong.
Warung tenda itu memang seperti disiapkan untuknya. Berdiri di dekat masjid besar tempat ia menggugah iba pada jamaah masjid tiap kali selesai ibadah jum'at.
Pengurus Masjid tak mengijinkan gepeng seperti dirinya berteduh di masjid. Bahkan suatu kali ia ingin sholat berjamaah di masjid. Tapi pengurus masjid mengusirnya.
Hujan terus menderas, ia duduk memandangi titik hujan yang  membasahi  bumi.
Suara seng teras masjid, tertimpa hujan terdengar keras di telinga. Â
Rombongan para jamaah masjid menangkupkan payung di teras masjid, sebagian ada yang berlari menghindari hujan, tapi  tetap basah.
Suara azan bergema memenuhi langit. Â Mbah Nah, Â demikian perempuan tua ini biasa dipanggi, tersayat batinnya. Ia memegangj bagian bawah perutnya.
"Cairan laknat",keluhnya.
Ia merasakan cairan busuk itu mengalir di sela pahanya. Â Tak tertahan dengan rasa gatal yang mulai menyerang. Ia sudah berusaha menyumpalnya dengan kain lusuh, Â tapi cairan itu terus mengalir menimbulkan bau busuk tak terkira.
"Ampuni aku Tuhan... ", gumannya lirih sambil memegangi perutnya. Suara cacing meronta. Ia baru tersadar sampai sesiang ini belum ada apapun yang masuk  ke mulutnya.
Lalu khotib mulai berkhutbah menyampaikan ketakwaan.  Mbah Nah menyimak,  angannya melayang puluhan tahun silam saat  ia masih muda.