Dahulu  saat bapak masih hidup kami memiliki ratusan ayam buras yang kami kandangkan di belakang rumah. Berdasar pengetahuan dari buku yang bapak beli, kami  merawat ayam kami yang pada mulanya hanya 3 pasang menjadi ratusan ekor.
Tapi entah bagaimana mulanya  beberapa ekor mati mendadak. Pagi kejang-kejang sore mati. Sore kejang-kejang paginya mati.
Ayam-ayam kami bertumbangan satu persatu dengan hidung mengeluarkan lendir serta sebelumnya mengeluarkan tinja cair.
Lalu kabar ini terdengar ke telinga instansi terkait. Beberapa petugas mengecek rumah kami. Setelah mendata masalah yang terjadi, mereka pulang.
Tapi keesokan paginya para petugas ini datang lagi membawa peralatan lengkap. Masker, pelindung badan, dan kaos tangan. Beberapa memegang alat semprot dan mulai menyemprotkan cairan ke kandang-kandang ayam kami.
Beberapa anakan yang masih hidup diminta dengan paksa.
"Anak-anak ayam ini sudah terjangkit virus berbahaya pak, jadi terpaksa kami bawa untuk dimusnahkan", kata seorang petugas.
Saya masih ingat bagaimana adik saya yang terkecil menangis sesenggukan karena ia yang merawat anak-anak ayam ini.
Bahkan petugas menyarankan agar kandang-kandang kami dibakar saja.
"Untuk mencegah penularan ke kandang lain pak", kata petugas kepada bapak saya.
Setelah kedatangan para petugas itu, keesokan paginya bapak membakar semua kandang  serta memberikan semua peralatan pemeliharaan ayam kepada saudara kami dari luar kota.