Mohon tunggu...
Mas Nawir
Mas Nawir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta/Penulis lepas

Vlogger Blogger Youtuber

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mati dalam Kesendirian

17 Januari 2020   01:23 Diperbarui: 17 Januari 2020   01:23 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustras /pixabay

Suatu hari Pakk Bowo mendapat celaka, entah apa penyebabnya, tubuhnya lunglai tak bisa digerakkan. Stroke menyerangnya dan membuat tangan dan kaki kirinya lemas. Sejak itu pak Bowo dipensiunkan dini oleh perusahaan dengan jaminan bulanan yang tidak seberapa.

Istrinya adalah pegawai administrasi salah satu perguruan tinggi di Semarang. Gajinya sudah cukup untuk menghidupi dirinya dengan putri tunggalnya. Jadi meskipun pak Bowo sudah tak lagi punya penghasilan, istrinya masih dalam posisi nyaman.

Saat masih sehat, pak Bowo memang terkenal sebagai donjuan, hobinya adalah mengencani wanita. Mengajaknya ke hotel dan bersenang-senang. Saya sering mendengarnya saat tongkrong di warung kopi, ia bercerita tentang petualangannya semalam. Dan setelah itu tergelak sendiri. Padahal para pendengar di warung kopi tak ada yang menanggapi.

Kebiasaan marah ternyata tak sembuh meskipun pisiknya sudah tak berdaya. Akhir cerita istrinya tidak betah dan bercerai jadi jalan keluarnya. Setelah bercerai, istrinya seperti balas dendam. Ia sering mengirimkan video atau gambar saat bersama laki-laki lain ke WA Pak Bowo. Video itu ditunjukkan ke saya pada suatu ketika.

Sehabis masa bercerai, Pak Bowo hidup sendiri di rumahnya yang besar. Saya hampir setiap hari terganggu dengan suara musik yang ia putar keras-keras.

Sampai suatu hari, orang ramai di rumah pak Bowo.  Anggota polisi juga datang memeriksa. Pak Bowo sudah terbujur kaku selama 8 jam sejak kematiannya. Jenasahnya dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa untuk mengetahui penyebab kematiannya.

Pulang dari rumah sakit, saudara-saudaranya mendampinginya. Mantan istri dan anaknya juga terlihat menyambanginya. Tapi ke mana para warga ? Tak seorang pun terlihat batang hidungnya.

Setelah disholati di rumah oleh anggota keluarganya, pak Bowo diantar ambulan ke kuburan. Dan yang mengherankan mengapa tak ada  warga yang mengantar?

Sampai di kuburan, sopir ambulan sampai menunggu agak lama. Tak ada juga yang mengangkat jenasahnya. Karena memang tidak ada orang. Akhirnya jenasah diturunkan oleh para penggali makam, di letakkan dalam liang makam,   dan ditutup tanah tanpa ada acara sebagaimana lazimnya acara penguburan.

Dan sejak saat itu belakang rumah kami sudah tak ada lagi keributan. Karena yang mendiami  rumah pak Bowo sudah berganti orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun