Bisa dibayangkan, di tengah kelangkaan ada orang yang menawarkan, tentu berapapun harga yang ditawarkan tetap dibayar.Â
Eceran tertinggi waktu itu hanya Rp 13.500, tapi orang ini nekad menjual harga Rp.28.000/tabung. Benar-benar keterlaluan ya ?
Bila gas elpiji 3 kg benar-benar naik di tingkat pengecer, tentu pendapatan saya sebagai pedagang siomay akan turun dengan sendirinya. Terpotong biaya bahan bakar.
Saat ini saja, di agen resmi elpiji 3 kg masih dijual dengan harga Rp.16.500. di toko non agen kisaran harganya antara Rp.20.000- Rp.24.000/ tabung.
Saya sering telat datang ke agen resmi, karena pas saya mencari elpiji sudah pindah ke pengecer dengan harga di atas.
Lalu bila nanti elpiji melon benar-benar naik, seberapa dalam lagi saya harus merogoh kocek untuk biaya produksi ?
Menaikkan harga produk tentu akan ditinggal pembeli. Tapi bertahan dengan harga lama dengan biaya produksi dengan yang terus melangit pasti akan mematikan usaha.