Mohon tunggu...
Mas Nawir
Mas Nawir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta/Penulis lepas

Vlogger Blogger Youtuber

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Keliling Kota Semarang Menggunakan BRT

10 Januari 2020   20:54 Diperbarui: 10 Januari 2020   21:09 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nunggu bus datang/dokpri

"Sepi ya mas", saya iseng bertanya pada kondektur.

"Ramainya saat pagi dan sore hari pak, berbarengan dengan aktifitas warga yang berangkat dan pulang pergi kerja dan pergi pulang para pelajar", jawab kondektur.

Lalu bus BRT berhenti di pos umpan jalan pemuda, tepatnya di depan kantor Balaikota Semarang. Tak banyak penumpang yang menunggu. Saat kami datang mereka hanya melihat. Mungkin menunggu bus dengan jurusan lain.

Setelah operator di pos memberi ceklis catatan kondektur bus pun berjalan kembali. Berputar melalui jalan  Gajah Mada, Simpang Lima, berputar melalui jalan pahlawan, Sriwijaya, dan MT Haryono.

Sampai di jalan Tentara Pelajar teman seperjalanan saya berbisik, "lama ya pak?", ujarnya sambil mendekatkan mulut ke telinga saya.

Saya hanya tersenyum menahan tawa. Maklum teman saya ini baru sekali ini naik bus BRT. Biasanya ia menggunakan kendaraan pribadi kemanapun pergi.

Tentu saja kendaraan pribadi sangat berbeda dengan kendaraan umum. Sebab transportasi masal memang melayani rute. Sedangkan kendaraan pribadi bisa langsung ke tujuan tanpa harus berputar-putar melewati jalan yang tidak perlu.

Setidaknya seperti cerita pak Teguh yang ada di paragraf pertama. Keberadaan BRT koridor lima sangat membantu aktifitas warga. Meskipun di lain fihak juga membunuh jenis transportasi lain seperti bus-bus yang pernah ada di jalur ini.

Dulu sebelum ada BRT warga perumahan kami mengandalkan angkot dan bus dalam kota. Awal tahun 2000-an bus dan angkot masih menjadi primadona. Uang seperti tak berharga. Jarak dekat dan jauh seperti sama saja.

Saya sering mendengar keluhan warga yang tidak diberikan kembalian karena bus penuh, dan alasan lupa. Ongkos yang seharusnya 3000 dibayar menggunakan uang 5000 tidak ada kembalian sampai penumang turun.

Angkot apalagi, mereka sering mengetok penumpang dengan harga tidak wajar. Ongkos dan jarak tempuh tidak berimbang. Misalnya dari kedungmundu ke perumahan kami di Bukit Kencana Jaya penumpang ditarik ongkos 7000 yang semestinya hanya 3000.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun