Mohon tunggu...
Mas Nawir
Mas Nawir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta/Penulis lepas

Vlogger Blogger Youtuber

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kisah Perjalanan Mencari Obat di Sumber Mata Air Belerang Candi Gedongsongo

10 Januari 2020   09:55 Diperbarui: 10 Januari 2020   09:57 694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kolam air belerang /dokpri

Hari masih pagi, matahari belum menampakkan diri. Semburat warna merah kekuningan di ufuk timur masih terlihat setengahnya.

Tapi kami sudah berada di jalanan, memainkan gas dan kopling untuk menuju ke sebuah lokasi.

Lalu lintas masih masih sepi, hanya beberapa kendaraan yang kami temui.

Tanjakan ke arah Bandungan pun masih lengang. Keramaian hanya ada di beberapa titik, pasar Jimbaran dan Pasar Bandungan.

Terlihat di spion, kawan yang saya bonceng beberapa kali melepas helm dan menggaruk kepalanya.Terkadang ia menggaruk bagian perutnya yang terasa di punggung saya. Atau  ia menggaruk bagian punggungnya hingga sikunya terlihat di spion motor.

Tak sampai 1/2 jam dari Semarang. Motor terus saya kebut sampai ke puncak Desa Candi. Sesekali saya mendengar suara lirih,

"perih pak , panas pak ".  

Lokasi parkir candi Gedong Songo masih sepi. Belum seorang pun yang nampak bertugas karena waktu masih menunjukkan pukul 5.30 pagi.

Saya gandeng  Didik  teman saya ini, jalan tertatih sambil menahan perih. Luka yang sebabnya belum diketahui  itu telah menyebar ke seluruh bagian luar badannya.

Luka sedikit, gatal lalu digaruk, beberapa saat kemudian luka itu makin melebar dan air yang keluar dari tubuhnya nyaris membasahi kaos yang ia pakai.

Beberapa kali ke puskesmas, ke dokter rumah sakit, bahkan dokter spesialis kulit. Tapi setiap kali datang obat jenis salep, bedak tabur, dan sejenis amoxilin yang ia dapat.

Penyakitnya tidak membaik, malah semakin buruk kondisinya.

Maka atas saran seseorang, saya menemaninya mencari obat alami di  pemandian  sumber mata air belerang Gedongsongo. Menurut kabar kandungan fosfor pada air belerang dipercaya mampu menyembuhkan berbagai penyakit kulit.

Jalan menanjak kami tempuh selama 20 menit, dengan beberapa kali berhenti, karena teman saya ini terlihat kelelahan sambil menahan rasa gatal dan perih di seluruh tubuhnya.

Setelah itu kita harus menuruni bukit. Jalan setapak yang  terlihat sedikit hujan, dan beberapa kali harus menyingkir agak ke pinggir karena bertemu penunggang kuda.

Akhirnya dengan penuh perjuangan yang berat sampai juga kami ke Lokasi Pemandian air belerang

Pintu pemandian masih terkunci. Pegawai yang jaga belum datang karena belum saatnya. Sementara teman saya terus mengeluh akan kulitnya yang makin menyiksa. Beberapa pengunjung juga terlihat mengantri dengan keluhan yang sama. Penyakit kulit.

Akhirnya petugas datang, tiket masuk Rp.7500 kami bayar dan teman saya mulai menceburkan diri.

Dari kedokan kecil ini air panas bumi dialirkan ke kolam melalui paralon/dokpri
Dari kedokan kecil ini air panas bumi dialirkan ke kolam melalui paralon/dokpri
Kolam selebar 2X10 meter itu terisi penuh.Air kolam berwarna abu-abu tampak mengepul. Air ini bersumber dari sumber air alami yang ada di sisi barat, yang ditampung dalam lobang penampungan, lalu dialirkan ke kolam melalui paralon ke dalan kolam.

Terlihat ia meronta menahan perih.

"Tahan mas, tahan ..", penjaga kolam memberi semangat .

"Nanti lama-lama akan enak".  

Benar saja, setelah beberapa saat teman saya mulai nyaman. Ia basahi semua permukaan kulitnya di pancuran yang tersedia di dalam kolam. Bahkan penjaganya membantu mengambilkan lumpur untuk dibalurkan ke seluruh tubuh.

Selesai mandi air belerang kami pulang. Keajaiban terjadi. Kulit yang sewaktu datang penuh luka, mengering seketika.

Beberapa hari kemudian saya dikabari, Didik kondisinya makin parah. Permukaan sekujur badan melepuh seperti terbakar. Obat-obatan merk tertentu yang katanya sangat manjur mengobati kulit tak ada yang mempan satupun.

Hampir 3 hari lamanya Didik seperti ini.  Bahkan krena kulit melepuh seperti luka bakar itu makin parah, dan kalau pecah lengket di kain, maka digunakan daun pisang sebagai alas tidur melapisi kasur .

Saya menyarankan dibawa ke rumah sakit saja. Sebab di rumah sakit ada perawatan yang lebih intensif.

Akhirnya Didik dibawa ke rumah sakit. Kata dokter yang merawatnya, Didik terkena racun gypsum yang selama ini menjadi pekerjaannya. Racun itu telah masuk ke dalam pori-pori kulitnya. Dan karena bersentuhan dengan zat belerang maka terjadi reaksi kimia. Melepuhlah kulitnya.

Kemarin sebelum Didik mandi di air belerang. Tak ada satupun dokter yang bisa mendeteksi penyakitnya.

Baru setelah mandi air belerang dokter mengetahui penyakitnya.

Satu Minggu Didik dirawat di rumah sakit, sedikit demi sedikit lukanya mulai mengering   Dan akhirnya diperbolehkan pulang.

Saat ini Didik sudah sehat. Berkumpul dengan anak istrinya dan hidup bahagia terhindar dari berbagai penyakit.

Sekarang Didik sudah faham adanya radiasi racun dari pekerjaannya memasang gypsum. Maka kalau bekerja ia sudah mulai full safety. Lengan panjang dan pelindung udara selalu ia pakai.

Semoga kisah ini menjadi hikmah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun