Mohon tunggu...
Maskur Abdullah
Maskur Abdullah Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis dan Trainer

Jurnalis dan trainer, tinggal di Medan.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Ketika Parfum Ditawarkan Jadi Ikon Sabang

2 Maret 2019   09:33 Diperbarui: 2 Maret 2019   10:04 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Razuardi Ibrahim, Plt.Kepala BPKS Sabang, bersama Plt.Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, ketika Nova ambil bagian dalam seminar di Sabang, pekan lalu. (Foto/dokpri)

Pada tahun 1993, posisi Sabang mulai diperhitungkan dengan dibentuknya Kerjasama Ekonomi Regional Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT). Selanjutnya, karena tuntutan masyarakat Aceh, pada tahun 2000, Presiden RI, KH.Abdurrahman Wahid, mencanangkan Sabang sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas. Pada tanggal 22 Januari 2000, presiden menerbitkan Inpres Nomor 2 Tahun 2000 tentang pelabuhan bebas Sabang.

Sejak itu Sabang hanya disebut-sebut sebagai pelabuhan bebas (free port). Tapi masyarakat melihat, kondisi Sabang tetap begitu-begitu saja, baik sebelum dikukuhkan sebagai pelabuhan bebas mau pun sesudahnya.Tidak ada yang berubah. Kondisi ekonomi masyarakat masih tetap biasa saja. Bahkan tidak terlihat bahwa Sabang diperlakukan sebagai pelabuhan bebas.

Baru pada tahun 1990 an, Sabang menjadi topik pembicaraan di tanah air, setelah pemerintah mengizinkan impor mobil eks Singapura secara besar-besaran. Ratusan mobil berbagai merek eks Singapura, mulai dari jenis mobil biasa, menengah hingga mobil mewah, mendarat di Sabang. Mobil ini bebas bea sampai di Sabang, namun akan dikenakan bea (pajak) saat mobil dibawa ke Aceh daratan atau ke wilayah lain di Indonesia.

Gonjang-ganjing impor mobil bekas pun hanya bertahan beberapa tahun. Pemerintah kemudian kembali mengeluarkan kebijakan pengetatan impor mobil eks Singapura.Imbas dari kebijakan ini, Sabang kembali sepi pengunjung, dan perputaran ekonomi kembali melambat. Toko-toko dan warung hanya didatangi warga setempat.


Tamu yang datang dari luar Sabang, paling banter hanya bisa bertahan selama dua hari, untuk menikmati keindahan panorama dan sensasi pantai Sabang.Setelah itu para tamu akan pulang dengan tangan kosong. Tidak ada produk atau barang tertentu sebagai kebanggaan, yang bisa dibawa pulang sebagai oleh-oleh.

"Memang itu kelemahan di Sabang ini. Tidak ada barang tertentu yang bisa dijadikan cendera mata. Kalau kita pergi ke Batam, semua tau kita bisa membeli tas berkualitas dengan harga murah. Atau membeli barang-barang lain. Tapi kalau di Sabang ya gak ada apa-apa," kata Ita, warga Medan yang datang berlibur ke pulau kilometer '0' itu.

Ilustrasi (Foto Kompilasi/Ist)
Ilustrasi (Foto Kompilasi/Ist)
Ketika Parfum Jadi Ikon Sabang

Belum lama ini, Makmur Budiman, seorang pengusaha Aceh, melempar gagasan tentang perlunya Sabang memiliki produk impor yang bisa dijadikan sebagai "ikon," dan menjadi magnet bagi wisatawan untuk berkunjung ke pulau itu.

"Bila Sabang ingin lebih dikenal dan dikunjungi banyak orang, maka BPKS (Badan Pengusahaan Kawasan Sabang) dan Pemko (pemerintah kota) harus mengambil langkah berani dengan membangun pusat penjualan (mall) parfum impor berkualitas internasional," kata Makmur.

Menurut alumni Fakultas Ekonomi Unsyiah ini, produk parfum impor yang berkualitas bisa menjadi magnet bagi wisatawan untuk datang dan berbelanja ke Sabang."Bisa jadi nantinya orang datang ke Sabang hanya karena ingin berbelanja parfum. Bila sampai di Sabang, mereka juga pastinya akan menginap, akan makan dan belanja barang lainnya," kata Direktur Utama PT Makmur Inti Sawita ini.

Makmur Budiman, Direktur PT Makmur Inti Sawita. (Foto/Al-farizi)
Makmur Budiman, Direktur PT Makmur Inti Sawita. (Foto/Al-farizi)
Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Banda Aceh ini menyebutkan, produk parfum adalah yang paling mungkin bisa dikembangkan dan menjadi produk yang disukai hampir semua orang. Sabang, ujar Makmur, dengan statusnya sebagai pelabuhan bebas (free port), bisa mengimpor parfum berkualitas dari luar negeri tanpa bea.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun