Erupsi gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara, terjadi berulang-kali, bagai tak akan pernah berhenti. Erupsi terakhir terjadi pada hari Senin pagi (19/2/2018), sekitar pukul 08:53 Wib hingga pukul 10:25 Wib, dengan ketinggian 5.000 meter, yang memaksa ribuan penduduk desa sekitarnya, mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Warga yang umumnya petani, dari Desa Simpang Sibintun, Perbaji, Pintu Mbesi, Jerayu, Sigarang-garang dan desa Payung, ramai-ramai mengungsi untuk menghindari hembusan awan panas. Guguran awan panas diperkirakan mencapai sejauh 4,7 kilometer, merupakan jarak terjauh sepanjang tahun 2017.
Kita tentu turut prihatin atas fenomena alam yang terjadi di Karo tersebut. Bencana alam erupsi Sinabung terjadi berulangkali, dan berulangkali pula warga sekitar dibuat panik dan harus mengungsi.
"Terutama petani yang umumnya dekat dengan Sinabung. Tanaman mereka berupa kol, tomat, kentang dan jenis sayuran lainnya hancur dan mati terkena guguran debu. Para petani mengalami kerugian yang cukup besar," ujar Ginting, seorang penduduk Brastagai, berjarak 15 Km dari zona merah Sinabung.
Dedi Nelson, Manager Hotel Sibayak Internasional Berastagi menyebutkan, kawasan Berastagi tidak terlalu terkena dampak erupsi, walau banyak sebagian masyarakat yang sempat terlihat panik.
"Tapi tidak demikian dengan tamu hotel. Para tamu justeru sibuk menyaksikan gumpalan abu erupsi, dan dengan santai memotret untuk mengabadikan momen penting yang jarang atau belum pernah mereka saksikan," kata Dedi.
Begitu pun, kata Dedi, seluruh staf dan karyawan hotel tetap waspada, menjaga kemungkinan yang terjadi. "Hembusan angin ketika erupsi ke arah Barat Daya, jadi kota Berastagi aman, termasuk kawasan hotel Sibayak," lanjut Dedi. Berastagi selama ini dikenal sebagai kota wisata, berjarak tempuh sekitar 2 jam dari kota Medan.
"Di balik kesulitan dan ancaman, selalu ada peluang. Erupsi gunung Sinabung harus juga bisa kita jadikan peluang untuk menarik wisatawan," ujar Dickson Pelawi, Ketua Badan Pimpinan Cabang Perhimpunan (BPC) Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Karo, Senin malam (19/2).
Tapi tentu, kata jurnalis senior ini, para pemandu wisata di Karo harus tetap menaati aturan keamanan yang berlaku, yaitu tidak masuk ke zona-zona merah atau zona bahaya. Dickson mengatakan, PHRI Karo memang telah mencanangkan wisata taman gunung api, yang popular dengan sebutan The Volcano Park Berastagi. "Wisata ini dikembangkan untuk mendongkrak kembali pariwisata Karo terkait erupsi Gunung Sinabung."
Dickson menyebutkan, erupsi berulangkali terjadi tanpa bisa dicegah. Sementara masyarakat butuh penghasilan, khususnya dari sektor pariwisata. Solusinya adalah justeru dengan menawarkan fenomena alam itu kepada para wisatawan mancanegara. Peminat wisata taman gunung api ini, kata Dickson, dari negara-negara Eropa dan Asia. Biasanya dalam satu grup terdiri dari 5 hingga 10 orang.