Mohon tunggu...
MJK Riau
MJK Riau Mohon Tunggu... Administrasi - Pangsiunan

Lahir di Jogja, Merantau di Riau

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Pilihan

[Fiksi Horor dan Misteri] Selamat Karena Nasehat Istri

27 September 2016   20:11 Diperbarui: 27 September 2016   20:19 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Yuk, kita tidur.”

Tanpa banyak aksi, malam itu nafas pun berhembus teratur di pembaringan. Ketika sudah ada keyakinan, kalau isteri sudah tidur, maka emjeka pun bergerak perlahan, untuk pelan pelan meninggalkan ranjang. Sampai saat motor itu hendak dikeluarkan dari rumah, situasi masih aman-aman saja. Emjeka siap berangkat bawa motor ke luar kota, isteri masih tidur di kamar. Namun ketika pintu sudah mau dibuka, tiba-tiba terdengar suara dari belakang:

“Aku ikut.”

“Oke lah, kalau begitu.”

Tak mungkin lagi menghindar, karena kebetulan jarak yang akan ditempuh memang relatif jauh. Malam hari lagi. Walaupun itu diputuskan karena dengan perhitungan sampai di tempat tujuan hari masih siang. Cukup waktu untuk urusan yang akan dikerjakan.

“Pakailah mantel yang kemarin kita beli.”

Pada umumnya orang membeli mantel hujan bukan yang berbentuk seperti pakaian, namun tanpa disengaja, kami memilih mantel yang berbentuk seperti pakaian. Mantel terdiri dari dua bagian, atasan mirip jas lengan panjang dan bawahan seperti celana panjang. Sekali pun hari tidak hujan, tetapi malam itu kami memakai mantel. Kami hanya berpikir, supaya di jalan, orang tidak tahu, kalau kami sepasang lelaki dan perempuan. Akan sangat berbahaya, malam-malam berpergian, jika ketahuan ada perempuan naik motor, ke luar kota pula.

Jalan yang akan kami tempuh belum pernah sama sekali kami lewati. Arah pun tidak kami ketahui. Hanya keyakinan bahwa jalan ke kota itu, Insya Allah ada dan kami berharap nanti akan mendapat petunjuk arah, kalau pun tidak ada petunjuk, kami berpikir akan  bertanya di jalan. Bertanya di jalan. Itu logika sederhana, jika kita tidak malu bertanya. Namun kami lupa kalau perjalanan yang kami tempuh ini bukan daerah perkotaan yang biasanya banyak dijumpai petunjuk jalan, hari malam pula. Memang ada orang yang masih ditanya, pada tengah malam begini.

Awalnya kami tenang-tenang saja, jalan belok kanan belok kiri lurus seperti jalan jalan biasa di berbagai tempat. Namun kemudian ketika jalan itu mulai terus menanjak, walaupun berkelak kelok, baru terasa, bahwa kami sudah menuju luar kota. Alhamdulillah, masih ada orang orang yang lewat, bahkan dari arah yang berlawanan arah. Mereka sepertinya berombongan dan bahkan mungkin membawa dagangan. Oh, mungkin itu orang-orang yang ingin berdagang ke kota. Begitu kami pikir.

Sampailah suatu jalan yang simpang yang kami tidak tahu persis ke mana harus memilih. Hari sudah lewat tengah malam. Untung masih ada orang yang entah duduk suka duduk di perempatan itu, atau bahkan memang sedang main gaple, sudah lupa. Namun ada kewajiban untuk bertanya kepada orang orang yang sedang duduk duduk itu. Tanpa mau menghubungi mereka, sesat di jalan bakalan kami hadapi.

Setelah terjado dialog singkat dan diberi petunjuk arah jalan yang harus ditempuh, maka kami pun melanjutkan perjalanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun