Mohon tunggu...
MJK Riau
MJK Riau Mohon Tunggu... Administrasi - Pangsiunan

Lahir di Jogja, Merantau di Riau

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Buka-bukaan QC Tidak Lagi Signifikan

24 April 2019   15:49 Diperbarui: 24 April 2019   15:58 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: pojoksatu.id

Hirup pikuk setelah Pilpres pun diramaikan dengan buka-bukaan QC. Hal ini terjadi karena di medsos para pendukung Prabowo bangkit dari situasi terkapar karena QC. Klaim kemenangan Prabowo yang disebut didukung dari 310.000 TPS lebih dipercaya masyarakat dari pada QC yang jumlah sample TPS yang diambil hanya 2000-4000. Jumlah TPS yang mencapai 800 an ribu lebih, menjadi salah satu dasar pijakan para netizen pendukung Prabowo. Sontak mereka bertubi-tubi meramaikan jagad medsos untuk mendukung klaim Prabowo.  

Sementara para pendukung paslon 01 pun tidak kalah sengitnya melakukan penetrasi publik dengan berbagai argumen mendukung hasil QC Salah satu dari argumen yang sangat sulit dibantah adalah jika seseorang ingin memeriksakan darah. Adalah sangat tidak mungkin, untuk mengetahui jenis darah seseorang, harus mengambil seluruh darah dari orang tersebut. Untuk itu perlu hanya sedikit, sample darah yang diambil, maka jenis darah orang pun dapat diketahui. begitu juga halnya dengan QC. Cukup dengan sampel sedikit, maka QC dapat diakui kebenarannya.

QC juga merupakan salah satu metode ilmiah yang diakui. Menentang QC sama halnya dengan tidak mengakui ilmu pengetahuan. QC merupakan salah satu metode yang digunakan pada statistik inferens. Statistik untuk mengetahui masa depan. Tidak percaya QC, sama saja dengan tidak percaya ilmu pengetahuan. Tidak mengakui QC sama saja dengan tidak tahu Statistik. 

Namun mengapa QC harus buka-bukaan data ke publik? Kalau memang benar klaim QC itu benar. Klaim QC itu cukup dengan sampel sedikit. Klaim QC itu klaim ilmu pengetahuan. Tidak perlu harus capek capek buka-bukaan publik, apalagi menantang pihak lain juga harus melakukan yang sama. Kebenaran akan menemukan jalannya. tidak perlu dengan cara buka-bukaan data dan metode. Toh kalau memang yakin akan kebenaranh hasil yang didapat, itu semua akan terjadi seiring dengan berjalannya waktu.

Namun bisa jadi karena ini kebenaran post truth. Post truth merupakan upaya terus menerus untuk menunjukkan kebenaran. Namun kebenaran emosional, bukan kebenaran obyektif. Kebenaran emosional dapat diminati masyarakat homo homini lupus, bahkan pada orang-orang yang terdidik terhormat berpendidikan tinggi sekali pun. Sentimen terhadap suatu hal, ancaman yang digambarkan akan terjadi, misalnya ancaman arus migrasi dari Mexico, ancaman teror dari imigran muslim, mampu membuat post truth mempengaruhi pendapat umum di AS.

Di luar itu semua, bagaimana dengan argumen argumen pendukung QC yang begitu kuat?

Sebetulnya argumen-argumen pendukung QC itu juga tidaklah begitu kuat. Mari kita ambil contoh-contohnya, untuk melihat bantahan terhadap argumen para pendukung QC.

Untuk contoh sample, pada saat pengambilan sample darah, yang cukup hanya sedikit saja. Tanpa harus mengambil seluruh darah, maka jenis darah dapat diketahui, begitulah QC, cukup ambil sedikit sampel dari 800an ribu TPS dengan 2000-4000 TPS saja.

Ada yang lupa dengan argumen sampel darah ini. darah seperti kita ketahui bersama, relatif homogen. Sementara penadapat rakyat di tanah air yang tersebar di berbagai wilayah dengan karakteristik sangat berbeda dari yang satu dengan yang lain, jelas sangat heterogen. Tentu saja tidak bisa disamakan dengan sampel darah. 

Sebetulnya terdapat beberapa syarat untuk pengambilan sampel pada metode sampling.  Dengan demikian, maka jumlah sampel yang hanya 2000-4000 TPS dari 800an ribu TPS itu masih dapat dipertanyakan keabsahannya.

QC itu merupakan salah satu bentuk metode ilmiah. QC merupakan bagian dari statistik infreens. Tidak mengakui kebenaran QC sama saja dengan tidak mengakui kebenaran ilmiah. Tidak setuju dengan QC sama saja dengan tidak mengetahui Statistik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun