Mohon tunggu...
MJK Riau
MJK Riau Mohon Tunggu... Administrasi - Pangsiunan

Lahir di Jogja, Merantau di Riau

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Dampak Perang Frontal, Prabowo Populer di Kandang Banteng

4 April 2019   03:16 Diperbarui: 4 April 2019   04:25 1631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pasca Debat Capres IV, Prabowo muncul sebagai pemimpin besar. Prabowo yang pada debat debat Capres sebelumnya muncul dengan gaya santun bahkan cenderung banyak mengalah, sementara JokoWi justru lebih sering tampil menyerang, pada debat Capres IV, Prabowo tampil pede. 

Prabowo yang pada debat debat Capres sebelumnya, membuat para penggemarnya geregetan, karena mengikuti nasehat SBY, "jangan serang" JokoWi yang sering disayang masyarakat, tampil tegas, konsisten dan gagah. Penampilan Prabowo dan JokoWi yang sebelumnya bahkan sering dianggap sebagai "penampilan tertukar", maka pada debat Capres IV, Prabowo kembali muncul sebagai jati dirinya.

Prabowo tidak segan-segan lagi memberikan saran, koreksi kepada JokoWi di depan publik. Prabowo yang masih sering dihadapkan pada masalah masalh tehnis pemerintahan, mampu menggulung JokoWi dengan prinsip-prinsip power management. JokoWi mungkin saja menguasai masalah tehnis pemerintahan, bekerjanya suatu sistem, namun ibarat film, Prabowo lebih menekankan pada "The Man Behind The Gun". 

Apa pun sistem yang kita kembangkan, sangat tergantung kepada kualitas manusianya. Moral hazard manusia di balik alat pengendali sistem canggih, sangat berdampak pada tujuan dan sasaran yang hendak dicapai.

Bahkan ketika Jokowi menyodorkan keunggulan Indonesia sebagai negara dengan umat Islam terbesar dalam hubunga internasional, dalam upaya meningkatkan perdagangan ekspor impor serta diplomasi, maka Prabowo justru menekankan pentingnya Indonesia menjadi negara yang kuat. Tanpa menjadi negara yang kuat, maka diplomasi yang akan dilakukan, tidak akan efektif. 

Sepintas jawaban Prabowo merupakan pembelaan diri dari kemampuan Prabowo yang kurang dalam hal diplomasi, namun sesunggguhnya keungulan Indonesia, sebagai umat Islam terbesar juga belum tercermin pada perdagangan ekspor impor. Data terakhir perdagangan internasional Indonesia, bahkan  menunjukkan bahwa China merupakan negara terbesar baik untuk ekspor mau pun impor. Hal tersebut tentu sangat jauh dari pernyataan umat Islam terbesar sebagai keunggulan Indonesia dalam hubungan internasional.

Prabowo sekali lagi menekankan, bahwa prosentase anggaran pertahanan terhadap PDB Indonesia jauh lebih kecil dari pada Singapura. Padahal Singapura hanyalah negara pulau di tetangga kita. Kalau ditilik lebih jauh lagi, ternyata prosentase anggaran pertahanan Indonesia dari PDB, masih di bawah Timor Leste. 

Namun di luar itu semua, bagai air bah yang melanda bumi, kampanye Prabowo bergemuruh di mana-mana. Kedatangan Prabowo seolah mewakili harapan perubahan dalam hati banyak manusia yang membuncah dalam dada. Kalau ada tim paslon 01 yang sempat mengungkapkan "perang total" dan ada indikasi tim paslon 02 akan melakukan "perang frontal", maka dampak dari perang frontal paslon 02 itu sudah terjadi. 

Setelah debat Capres IV, kampanye Prabowo di Jawa Tengah membludak. "Perang Frontal" yang dianggap sebagai strategi Prabowo memindahkan Pusat Kampanyenya dari Jakarta ke Jawa Tengah telah menuai hasil positif. Dampak perang frontal itu mendorong popularitas Prabowo unggul 66, 8 persen, berdasarkan google trend. 

sumber: https://kitakini.news
sumber: https://kitakini.news
   

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun