Mohon tunggu...
MJK Riau
MJK Riau Mohon Tunggu... Administrasi - Pangsiunan

Lahir di Jogja, Merantau di Riau

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Ayo Bangkit, Yani!

4 September 2018   20:04 Diperbarui: 5 September 2018   15:52 666
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sebelumnya

Ayo Bangkit Yani!

Yani jangan terlalu bersedih. Hari masih panjang. Ambil hikmah yang tersembunyi dibalik peristiwa ini. Perasaanmu pada Joni tidak boleh menghilangkan rasa syukurmu kepada Allah. Siapa pun tahu kalau beberpa hari lagi, adalah hari lamaran Joni kepadamu. Joni yang sejak sma kau kenal di Salatiga, tetap menjalin hubungan denganmu waktu kuliah di STT Telkom Bandung.

Bahkan sampai beberapa waktu yang lalu, setelah baru saja diterima di Telkom Kawasan Mangkunegaran, Joni berjanji untuk melamarmu. Namun tanpa diduga banyak orang, tiba-tiba datang berita duka tentang Joni. Begitu saja, tanpa tanda-tanda. Hatimu pasti hancur lebur, menerima kenyataan pahit ini. Namun kamu harus tetap ingat Yani, ada yang lebih sedih lagi darimu, karena kematian Joni.

Lihatlah ketika ibunya merintih. Lihatlah ketika ibunya merasa sedih, kecewa, hilang pengharapan. Ibunya meraa sangat kehilangan Joni, lebih dari kamu. Ibunya merasa kehilangan besar karena meninggalnya Joni, sampai hilang kendali.

"Anakku. Biji mataku. Jantungku. Mengapa kau tega meninggalkan ibu seperti ini. Dari kecil ibu besarkan, untuk melihatmu menjadi gagah. Ibu berharap besar terhadapmu Nak. Ibu ingin melihatmu menjadi orang yang berhasil. Tapi kini. Saat kau sudah membuat ibu bangga. Saat kau sudah akan berumah-tangga. Saat ibu dapat menggantungkan hidup kepadamu. Kau pergi mendahului ibu, Nak. Kepada siapa ibu akan menggantungkan nasib ibu, Nak ....."

Kau lihat bukan Yani. Bapak Joni hanya dapat diam seribu basa, melihat kesdihan istrinya. Bapak Joni tidak dapat berbuat banyak, untuk menghibur istrinya, karena Joni meninggal mendadak. Orang-orang yang berkerumun ikut bersedih melihat ibu Joni terus merintih bahkan lama kelamaan rintihan itu berubah menjadi teriakan-teriakan histeris.

Siapa sih yang tidak bersedih, jika kehilangan anak laki-lakinya yang baru saja berhasil dalam studi. Siapa sih yang tidak kecewa melihat anak laki-lakinya akan pulang dari rantau setelah sukses, tiba-tiba dibawa pulang dengan peti mati.

Tapi itulah misteri Illahi. Lahir, jodoh dan mati, bagi seseorang merupakan rahasia Allah Ta'ala.

Itu harus kau jadikan pegangan dalam hidupmu Yani. Bahwa Allah SWT pasti mempunyai rencana yang lebih bagi bagus bagi umatnya. Ibu Joni juga harus ada yang menyadarkan bahwa segala sesuatu termasuk kematian Joni yang mendadak itu adalah sudah menjadi takdir Allah SWT. Kita sebagai manusia hanya sekedar menjalani.

Bersedih itu wajar, karena manusia mempunyai hawa nafsu. Merasa kehilangan orang yang dicinta. Merasa kecewa rencana yang disusun menjadi batal. Merasa sedih, karena keinginannya tidak tercapai. Namun dengan berlalunya waktu, dan timbulnya kesadaran, maka manusia perlu mengambil hikmah yang tersembunyi dibalik suatu peristiwa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun