Mohon tunggu...
Chrisma Juita Nainggolan
Chrisma Juita Nainggolan Mohon Tunggu... Guru - Emak berliterasi

Guru ekonomi SMAN 1 Kualuh Selatan, Labura Sumut

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mendidik dan Mengajar, Menjadi Manusia Secara Utuh

2 Agustus 2022   23:49 Diperbarui: 2 Agustus 2022   23:54 23357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumentasi Pribadi

A. Mendidik Menyeluruh

Sekolah dan Pendidikan merupakan bekal bagi anak didik kita dalam meraih masa depan. Berbagai hal dapat kita lakukan setiap hari di ruang kelas maupun di luar ruang kelas, untuk memberi bekal bagi siswa. Ibarat smartphone, maka kita, bapak dan ibu guru menjadi charger pengisi daya agar tidak lobet. Lantas, bagaimana bisa kita "Mengisi daya" pada siswa, jika smartphone dan charger tidak sinkron?.

Pemahaman tentang pengertian pendidikan dan pengajaran yang digabungkan, malah dapat mengaburkan pengertian yang sesungguhnya. Pengajaran adalah suatu cara menyampaikan ilmu atau manfaat bagi hidup anak-anak secara lahir maupun batin. Sehingga, pengajaran merupakan salah bagian dari pendidikan. Sementara pendidikan adalah tempat menaburkan benih-benih kebudayaan yang hidup dalam masyarakat, sekaligus sebagai instrumen tumbuhnya unsur peradaban.

Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah tuntunan dalam hidup tumbuhnya anak didik. Dengan demikian, mendidik adalah menuntun segala kodrat yang ada pada murid, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Anak didik tercipta sebagai makhluk yang memiliki kodrat untuk mereka hidup dan tumbuh. Artinya, guru sebagai pendidik tidak dapat menentukan dan berkehendak akan hidup tumbuhnya siswa sesuai kemauan guru.

Maka, yang dapat kita lakukan sebagai pendidik adalah menuntun tumbuh atau hidupnya potensi yang dimiliki siswa. Guru dapat mengerahkan segala daya dan upaya yang dimiliki agar siswa tumbuh kembang siswa secara maksimal. Namun jangan lupa, ada juga siswa yang tidak dapat tumbuh dan berkembang karena adanya pengaruh-pengaruh yang membatasinya.

Sebagai guru, kita dapat berupaya membangun dan menjaga agar suasana lingkungan kondusif, sehingga setiap anak didik dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan kodratnya. Jika kita mampu menuntun siswa, maka akal budi mereka akan berkembang, sehingga terciptalah kebudayaan bangsa. Kelak, kebudayaan bangsa yang tercipta akan menjadi ciri khas dan dasar perubahan zaman, yang membedakan bangs akita dari bangsa-bangsa lainnya.

Bagaimana caranya agar budaya bangsa tidak tergerus oleh zaman?. Jawabannya terletak pada peran guru yang dengan memberikan praktik pembelajaran yang mengembangkan kerjasama, empati, menghargai sesama dan berkontribusi sosial kepada sesama. Dengan demikian, maka budaya bangsa tetap terjaga, terawat, tidak akan hilang digerus zaman, karena anak didik kita akan memiliki akar budaya yang kuat. Kelak, anak didik kita akan dewasa, maka tiba masanya mereka akan terbantu dalam menghadapi berbagai tantangan.

B. Pendidikan Selama Satu Abad

Ternyata, sistem pendidikan kolonial terwariskan hingga saat ini, maka masih ditemukan kasus kekerasan pada anak didik. Siswa yang tidak mengerjakan tugas, akan mendapat hukuman atau sanksi dari guru. Sebaliknya, penghargaan (Rewards) yang diberikan pada siswa, lebih berorientasi pada kecakapan kognitif. Dengan berpatokan pada hasil ujian, maka abai pada sisi perkembangan kecakapan sosial emosional. Jika siswa tidak mencapai batas ketuntasan minimal, maka guru menganggap siswa tersebut telah gagal dalam belajar.

Juga ternyata, sistem pendidikan kolonial didasarkan atas diskriminasi, yaitu perbedaan perlakuan terhadap anak pribumi dalam mendapatkan pendidikan. Sistem Pendidikan kolonial masih bersifat materialistis, individualistis, dan intelektualitas. Maka hadirlah Ki Hajar Dewantara untuk memberi perlawanan, dengan memunculkan konsep sistem Pendidikan yang humanis dan transformatif, yang dapat memelihara kedamaian dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun