Mohon tunggu...
Ahmad Indra
Ahmad Indra Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

Aku ingin begini, aku ingin begitu. Ingin ini ingin itu banyak sekali

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Film G30S/PKI? Dibuat Ulang Saja

29 September 2020   00:05 Diperbarui: 30 September 2020   17:54 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dituangkan dalam visum et repertum bahwa luka yang ditemukan pada tubuh para perwira Angkatan Darat itu tidaklah sama dengan yang tergambar dalam film. Di sini, sadisme para penculik yang terpampang dalam adegan layar seolah menjadi sebuah penggambaran hiperbolik untuk mematrikan sebuah imej super buruk ke benak para pemirsanya.

Dan ternyata hal itu berhasil. Adegan itulah yang diingat dan melekat di benak anak-anak hingga orang dewasa yang pernah menyaksikan film berdurasi 4 jam itu.

Meski banyak fakta di luar sana yang menyajikan aksi kekejaman PKI, namun visualisasi untuk rekayasa sejarah pun bukan sesuatu yang patut dilestarikan. Apalagi digunakan untuk tujuan-tujuan di luar pengabadian sejarah bangsa.

Menelan mentah-mentah dan mengkampanyekan pemutaran film itu di saat muncul kesaksian alternatif yang tidak sejalan mungkin bisa dikatakan sebagai distorsi sejarah, meski hanya secuil. 

Adalah sebuah keharusan bagi sebuah bangsa untuk mengingat sejarahnya betapa pun getirnya agar di masa mendatang hal serupa dapat ditepis sedini mungkin.

Gerakan Pendompleng Anti Komunisme
Lihat di beranda medsos Anda, apakah sudah riuh dengan ajakan untuk menyaksikan kembali dokudrama berusia 36 tahun itu? 

Pihak yang begitu keukeuh mengajak masyarakat untuk bernostalgia itu pun berpikir untuk menghalau anggapan bahwa mereka hanya menggunakan sentimen anti komunisme masyarakat untuk kepentingan politik.

 Baca juga : Pancasila dan Sengketa Anak Bangsa

Film ini menjadi isu musiman yang dihembus untuk melambari sikap anti pemerintah yang notabene dituduh sebagai manifestasi pendukung komunisme. Segelintir orang bahkan secara terang-terangan melontarkan tudingan itu dengan dalil-dalil seadanya yang kadang bersifat absurb, misalnya dengan memberi contoh hubungan pemerintah dengan Tiongkok.

Masyarakat harus diajak bersikap kritis dan cerdas dalam menghadapi hal-hal yang demikian. Apalagi saat ini, pengguna media sosial bukan hanya didominasi oleh anak-anak muda namun juga orang-orang berumur yang mudah terhasut oleh informasi-informasi menyesatkan. 

Mereka harus dicekoki dengan informasi-informasi sehat yang mengedepankan cek and ricek saat menghadapi isu-isu bombastis terkait politik dalam negeri. Termasuk dalam membedakan anti komunisme dengan gerakan politik pendompleng anti komunisme.

- Sumber : Historia, Vice

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun