Mohon tunggu...
Ahmad Indra
Ahmad Indra Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

Aku ingin begini, aku ingin begitu. Ingin ini ingin itu banyak sekali

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ulama Satu Ini Mengaku Heran dengan Sikap Syekh Ali Jaber

19 September 2020   00:05 Diperbarui: 19 September 2020   11:20 1517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gus Miftah, Syekh Ali Jaber dan Deddy Corbuzier | RRI.co.id

"Mestinya kan Syekh Ali Jaber jawab, saat itu saya kaget dan sedikit emosi. Namun tidak berapa lama saya tersadar dan iba melihat pelakunya dihajar jemaat".

Ali Jaber: Saya Pasrah
Diwawancarai Deddy Corbuzier dalam podcast-nya, Syekh Ali Jaber mengungkap bahwa ia merasa tenang saat terjadi insiden penusukan terhadapnya. Meski diakui, ia sendiri tak paham mengapa perasaan itu bisa menghampirinya di situasi yang mencekam seperti itu.

Usai kejadian yang begitu cepat itu pun, ia sempat mencegah massa yang menghakimi pelaku yang beberapa jurus sebelumnya merobek lengannya dengan sebilah pisau. Luar biasa, sudah disakiti pun ia masih sempat membela pelaku. Deddy sampai terheran-heran dibuatnya. Dan ternyata keheranan itu menular hingga ke luar podcast, genks.

Adalah seorang ulama top tanah air yang juga merasa heran dengan jawaban sang syekh. Ia tak habis pikir bagaimana mungkin seseorang yang terancam nyawanya bisa mengatakan bahwa ia merasa adem saat kejadian berlangsung. Bahkan ia pun memiliki saran tentang apa yang seharusnya dikatakan Syekh Ali Jaber.

Baca juga : Dua Simpulan Dini dalam Kasus Penyerangan Syekh Ali Jaber

"Mestinya kan Syekh Ali Jaber jawab, saat itu saya kaget dan sedikit emosi. Namun tidak berapa lama saya tersadar dan iba melihat pelakunya dihajar jemaat", tukas Gus Nur, nama ulama top itu dalam Munjiat Channel yang diunggah pada Kamis (17/9).*

Wow..superb!

Siapakah Gus Nur?
Gus Nur bukanlah nama asing di blantika orasi di tanah air. Pria bernama lengkap Sugik Nur Raharja itu dikenal dengan ceramahnya yang santun dan bergelora.

Penceramah yang dikenal dengan ungkapan bersahajanya seperti "Matamu!" dan "Jancuk!" itu oleh sebagian orang dielu-elukan karena ketinggian budi pekerti dan keluhuran gaya komunikasinya. Dalam ceramahnya ia pun kerap menyitir ayat lengkap dengan tafsirnya dengan begitu fasih.

Salah satu yang fenomenal adalah tafsirannya tentang QS. Fathir : 28 beberapa waktu lalu. Begini arti ayat yang dimaksud :

"Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun."

Tafsiran Gus Nur terhadap ayat itu adalah bahwa semua makhluk bisa disebut sebagai ulama asal takut kepada Allah.

"Ulama menurut Allah bisa ular, bisa ayam, bisa kambing, bisa manusia, yang penting takut kepada Allah", begitu tukasnya.

Ular ulama, kambing ulama, ayam ulama, saya yakin jamaah yang hadir di majelisnya pun baru mendengar tafsiran seperti itu untuk pertama kalinya.

Baca juga : Kala Rocky Gerung Masuk [Sekolah] Islam

Entah kitab tafsir mana yang ia sitir, yang pasti ia mampu membuat moderator yang duduk di sampingnya manggut-manggut dan tanpa ada satu jamaah pun yang menginterupsi pernyataanya itu. 

Wow lagi!

Mengenai latar belakang pendidikannya, hingga kini, saya belum menemukannya melalui pencarian di Google. Entah belum tertulis atau karena alasan lain, yang pasti saya yakin bahwa mesin pencari itu tak sedang menyembunyikan nama pesantren, majelis, daurah, perkumpulan atau sekolah tempat Gus Nur menimba ilmu.

Sumber lain mengatakan bahwa ia bukan anak seorang kiai. Sebutan "Gus" lazimnya diberikan kepada seorang anak kiai. Hal itu sudah menjadi tradisi di kalangan orang-orang NU. Makanya kita kenal Gus Dur yang anak sulung Kiai Wahid Hasyim atau Gus Mus yang putra dari Kiai Bisri Musthofa. 

Oh, mungkin lantaran kealimnya ia digelari sebutan itu oleh orang di sekitarnya. Ya, ya, ya.. betul, betul, betul.

Urung Bertemu Syekh Ali Jaber
"Syekh Ali Jaber mungkin ulama yang tatarannya sudah sangat tinggi sehingga selalu mengikhlaskan orang-orang yang mencoba berbuat jahat kepadanya. Kalau saya, pasti saya marah tetapi selanjutnya saya akan memaafkan karena namanya ulama harus begitu," begitu ia membandingkan respon Syekh Ali Jaber dan dirinya andai mengalami kejadian serupa.

Baca juga : Jakarta PSBB Total? Nggak Apa, Sudah Biasa

Dan karena sikap Syekh Ali Jaber yang tenang itu, kabarnya Gus Nur mengurungkan niatnya untuk bertemu. Entah apa sebabnya. Mungkin saja ia merasa tak perlu lagi menenangkan hati Syekh Ali Jaber yang sebelumnya ia sangka tengah gundah, syiok.

Lalu meski tak sama dalam menyikapi kejadian itu, ia pun akan memaafkan pelaku atas perbuatannya. Itulah sikap ulama, begitu tandasnya. 

Tuh, bener 'kan! Gus Nur itu ulama! Mana mungkin bromocorah bisa berjiwa besar seperti itu?!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun