Mohon tunggu...
Ahmad Indra
Ahmad Indra Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

Aku ingin begini, aku ingin begitu. Ingin ini ingin itu banyak sekali

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sisi Negatif Dunia Maya, Dominan di Manakah Kita?

23 November 2019   07:43 Diperbarui: 23 November 2019   11:04 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pengguna dunia maya | Foto Kompas

Dunia maya adalah dunia ke dua bagi sekian juta manusia. Melalui gawainya, setiap orang bisa menjelajah sekian ratus kilometer dari tempatnya berada. Mendekatkan yang jauh, mempertemukan yang terpisah namun juga sebaliknya menjauhkan yang dekat. 

Kehidupan di dunia maya tak bebas dari cinta, harta dan konflik. Berapa banyak orang yang ketemu jodoh dari media sosial? (cie cieee),  berapa pula orang yang kemudian makin tebal pundi-pundinya karena jualannya laku keras? (amin), dan berapa banyak pula orang yang sebelumnya tak kenal langsung tapi rajin berbantahan di sana? 

Informasi tanpa batas datang dari manapun juga. Semua tingkatan ada, dari yang berkualitas intan hingga sampah berseliweran di kanan dan kiri kita. Di sinilah sebuah filter untuk menyortir setiap info itu diperlukan. Jangan sampai kita dibodohi oleh hal-hal yang sejatinya bisa dicegah dengan adanya penyaring informasi. Gesekan horisontal begitu kerap terjadi dari alpanya penghuni jagad maya dalam berusaha berpikir secara layak yang akhirnya berujung pada renggangnya hubungan. 

Berikut ini beberapa efek negatip yang terjadi dalam komunikasi via dunia maya :

Berita Bohong 

Isu dan fakta beterbangan melalui sinyal radio telekomunikasi. Kadang sampai pada titik di mana kita sulit untuk membedakan yang benar dan yang terdistorsi. 

Sebagian warga dunia maya pun punya kebiasaan untuk membagikan cerita tanpa kroscek terlebih dahulu. Ada kalanya karena hal itu memang susah dilakukan atau karena sifat manusia sendiri yng langsung percaya dengan berita yang selaras dengan kata hati. Asal klop, langsung saja diebarkan. Apalagi terkait masalah politik. 

Di situlah berita palsu menjadi media ampuh dalam sebuah propaganda. Kehati-hatian seseorang mutlak diperlukan agar tak ikut berperan serta dalam menyebarkan berita yang menyesatkan dan merugikan orang lain. 

Menyebarkan berita bohong ibarat mencabuti bulu kemoceng yang kemudian bercerai berai tertiup angin. Saat kita sadar itu salah dan mengklarifikasinya pun, kita tak dapat menjamin kesalahan informasi itu berhenti menyebar dari satu orang ke orang lain. 

Fanatisme 

Mengidolakan seorang figur tak selamanya salah. Asal jangan sampai kesetiaan kita kepada seorang figur dibarengi dengan perbuatan yang melecehkan figur lainnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun