Mohon tunggu...
Ahmad Indra
Ahmad Indra Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

Aku ingin begini, aku ingin begitu. Ingin ini ingin itu banyak sekali

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Takbir dan Delegitimasi

20 April 2019   06:40 Diperbarui: 20 April 2019   14:56 2518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan sikap menahan diri itu, paling tidak kubu 01 dapat memberikan andil yang menyejukkan suasana pasca pilpres. 

Prof. Mahfud MD dalam sebuah episod Indonesia Lawyer Club (ILC) beberapa waktu lalu sudah mengingatkan KPU bahwa momen pasca pemilu sudah pasti akan dihiasi oleh ketidakpuasan pihak yang kalah. 

Setiap kekalahan pasti akan menimbulkan tuduhan curang yang dialamatkan kepada lawannya, meskipun aktualnya kecurangan dilakukan oleh ke dua belah pihak. Sarannya, bagi pihak yang  merasa dicurangi, tinggal kumpulkan saja data kecurangan yang mereka bisa temukan untuk selanjutnya diajukan ke pengadilan. 

Dan skarang, hal itu sudah masif dilakukan oleh pendukung 02. Mengumpulkan bukti-bukti, namun sayangnya mereka melaporkannya ke media sosial yang tak punya kewenangan untuk mengadili sebuah perkara. 

Bukan tanpa tujuan, hal itu dilakukan justru karena mereka sadar bahwa dengan gencarnya pemberitaan melalui media sosial, opini masyarakat dari semua kalangan akan terbentuk. Tak peduli mereka yang bertitel, berdasi ataupun masih abg. 

Cara itu ditempuh saat media-media arus utama dirasa telah "berpihak" kepada lawan politik. Sehingga untuk mencapai akar rumput, facebook dan twitter-lah yang menjadi garda depan, termasuk dalam menyebarkan berita batil (berita bohong, provokasi dsb) yang tentu tak mudah dilakukan oleh media arus utama.

Pada dasarnnya semua kondisi itu akan kembali ke sosok Jokowi dan Prabowo. Saat mereka mengatakan bahwa jalinan silaturahmi tak akan putus dengan kalah - menangnya salah satu pihak, hal itu harus dibarengi dengan kemampuan mereka dalam meredakan ketegangan yang terjadi saat ini. Yakni mengalirkan semangat berkawan mereka itu kepada para pendukungnya. 

Saya tak bisa membayangkan hal yang bisa terjadi saat kubu Jokowi juga melakukan hal sama, yakni menggunakan dalil agama sebagai legitimasi. Politik identitas yang kerap diperlihatkan oleh kubu 02 bisa kita lihat hasilnya saat ini. 

Dengan keyakinan bahwa Prabowo - Sandi adalah pilihan para ulama melalui ijtima'-nya, tak jarang mereka melukiskan kontes ini sebagai pertempuran melawan kebatilan dimana masa depan Islam dipertaruhkan. 

Dengan kata lain, mereka meletakkan keberlangsungan nilai-nilai agama pada sosok seperti Prabowo. Hal yang sebenarnya lebih tepat dikatakan sebagai kondisi dimana tak ada calon lain yang bisa diandalkan dalam melawan Jokowi selain Prabowo.

Namun tak ayal, karena agama menjadi center point dalam kehidupan manusia Indonesia, dia dapat digunakan oleh siapapun dalam melegitimasi ataupun mendeligitimasi tindakan, bahkan tindakan buruk sekalipun. Karena agama adalah nilai yang membutuhkan seseorang untuk menyuarakannya. Dan tidak setiap orang beragama juga memiliki akhlak yang luhur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun