Kericuhan tengah berjalan di depan mata. Bukan lewat bedil dan bertaruh nyawa. Tapi lewat perang wacana dan kata-kata
Bukan tanpa korban,tapi nafsu mengalahkan segalanya. Yang berarti jiwa tergadai dalam kegilaan. Demi kemenangan yang entah kapan
Semua bicara siasat, dari yang alpa ilmu sampai yang doktoral. Terkutub dalam keberpihakan terhadap figur tunggal. Yang kadang meninggalkan peran akal
Fitnah dan caci terlontar dari yang tak beradab. Mencari jalan dengan menjatuhkan lawan. Kerap lupa berkata baik meski hanya sekedipan
Yang sadar akan moralitas, kadang hanya terpaku menyaksikan. Enggan bercampur tangan dan melontarkan pikiran. Demi kedamaian hati dan jiwa yang lapang
Kulihat anak-anakku yang masih terlelap. Akankah mereka bangun di malam yang lebih pekat. Ataukah terang oleh cahya rembulan
Namun akal menitahkan 'tuk tetap berharap. Agar nurani kalahkan segala maksiat. Dan menjadi pemimpin di masa datang
Wahai negeriku, semoga kau kan kembali baik-baik saja.