Dalam sebuah twit, sebuah akun yang mengatasnamakan Kwik Kian Gie menuliskan bahwa khilafah terkesan seram karena pihak-pihak yang membicarakannya bukanlah para ahli sejarah. Melainkan orang-orang seperti Permadi Arya alias Abu Janda Al Boliwudi, Denny Siregar, Ade Armando ataupun orang-orang lain yang tak paham sejarah Islam.
Benarkah demikian?
HTI Bersama Prabowo
Bisa ditebak, kalimat itu bertujuan untuk membela Prabowo yang tengah santer dirundung isu khilafah jelang pemilihan presiden mendatang.
Sebenarnya adik Prabowo yang juga anggota DPR RI dari partai Gerindra, Hashim Djojohadikusumo, tak menampik bahwa ada anasir Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang berbaris di belakang Prabowo - Sandi, terlepas dari benar tidaknya isu pendirian khilafah oleh Prabowo jika nantinya memenangkan pemilu.
Hal itu lebih terkesan sebagai langkah HTI karena memiliki kesamaan kepentingan atau memiliki common enemy.
Dan HTI secara jelas adalah sebuah kelompok yang bercita-cita untuk mendirikan khilafah, meneruskan kisah pemerintahan Turki Utsmani yang telah runtuh seabad yang lalu.Â
Tak berbeda jauh dengan Indonesia, Turki modern yang sekuler pun mewaspadai kehadiran Hizbut Tahrir di negerinya. Hal itu bisa dilihat dari perlakuan aparat Turki yang pernah menangkap dan menginterogasi ratusan anggota HT Turki pada 2009 silam.
Anti HTI Bukan Buta Sejarah
Twit "Kwik Kian Gie" tersebut adalah sebuah contoh pembodohan yang fatal. Ia merupakan salah satu dari sekian banyak --meminjam istilah Imam Al-Ghazali-- orang yang tak mengetahui bahwa ia sendiri tak paham akan suatu hal.
Mengenai format pemerintahan dalam sejarah Islam, sebenarnya banyak ulama mutaqaddimin yang berpendapat bahwa selepas berakhirnya masa Ali bin Abi Thalib, maka berlakulah eranya kerajaan.Â