Mohon tunggu...
Mas Imam
Mas Imam Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

..ketika HATI bersuara dan RASA menuliskannya..

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Monyet: Dasar Monyet!

28 November 2015   20:51 Diperbarui: 29 November 2015   10:40 453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rupa wajahku hilang. Dikelupas, lepas, atau hilang begitu saja ku tiada pernah tahu. Siapa pencurinya itu yang kucari,.. kerena sebab apa kan terjawab nanti. Pertama dugaku pastilah ulah manusia. Wajar, karena di dunia ini manusia paling gemar berulah.

'Sarimin Novanti' begitu manusia memanggilku. Panggilan berupa nama manusia, maklum aku adalah monyet betina yang dipasangi topeng manusia.

"Tangkap koran, ayo Sarimin baca!" teriak lingkaran manusia gembira. Duduk diatas kursi kecil yang telah disediakan, aku pun tanpa kuasa harus membacanya. Mungkin jika dihitung, sudah ratusan kali ku membaca surat kabar, kabar polah manusia.

Tiba-tiba siang ini semua berubah, tiba-tiba ku tersadar. Tersadar siapa pencuri wajahku!, dan jawabannya selama ini ada didepan mataku, ya didepan mataku sendiri ratusan kali! Tersirat dalam baris-baris berita politik dalam negeri, lugas jelas wajahnya terpampang dalam foto. Mereka adalah manusia politisi!

------------

Dari dulu, kadang ku heran,.. kenapa manusia menyuruhkan menirukan gerak perilakunya. Padahal ada sebagian mereka, lebih lebih pandai dariku. Namun mengapa ku yang dirantai, dijadikan hiburan,.. bukan mereka.

Seolah ku manusia di awal pagi, ku diberi cermin untuk bercermin. Padahal para politisi lebih rajin bercermin bersolek untuk citra manusia berwibawa.

Lanjut diberi payung untuk ku pegang. Padahal para politisi lebih pandai menggunakan payung, semua bisa jadi payung. Bahkan mencatut nama orang lain pun bisa jadi payung.

Payung dalam genggaman, maka koper harus ku jinjing. Padahal, para politisi sanggup mengangkut berkoper-koper uang hasil transaksi. Transaksi aktifitas korupsi, ataupun hasil jual saham..

Semua peralatan terbawa, maka langsung perintah selanjutnya terdengar "Sarimin pergi ke pasar!". Padahal, politisi melangkah lebih jauh dari sebatas blusukan ke pasar,.. bisa ke tempat hiburan, bahkan bisa pergi ke tambang jauh di ujung negeri.

"Sarimin salto, salto, salto!!" adalah perintah atraksi penutup. Padahal, politisi lebih lihai dalam beratraksi, bukan sebatas salto, bisa juga silat lidah berdebat, bisa muter sana-muter sini seperti balerina, rangkul-rangkul sini gonta-ganti formasi tak ubahnya pemandu sorak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun