Pernah nggak sih kita mengevaluasi diri? Merenungi hari ini sudah ngapain saja? Apakah sudah sesuai dengan rencana? Apakah sudah bermanfaat? Hal seperti ini sering juga disebut sebagi Tafakur.Â
Merujuk dari tokok Imam al Ghazali, beliau sangat menyarankan untuk bertafakur. Orang yang tiap hari mendapat ceramah tapi tidak pernah bertafakur sama saja bohong. Tafakur inilah yang jadi semacam sistem untuk mencocokan. Misalnya, ada anjuran untuk tidak boleh sombong, lantas kita lihat yang sudah kita lakukan apakah ada kesombongan dalam perilaku kita hari ini.
Menurut Imam al Ghazali tafakur itu dibagi menjadi tiga.
1. Merenungi sesuatu dan mencari sebabnya sampai ketemu Allah SWT
Kita merenung, kita sampi begini karena siapa? Sampai-sampai kita menyadari bahwa Allah SWT adalah sang sekenario hidup. Tafakur semacam ini seperti ibadah satu tahun.
2. Merenungi perbuatan lalu mencari akarnya.
Kita merenung atas apa yang sudah kita perbuat. Apakah yang kita lakukan sudah sesuai dengan perintah Allah SWT. Ibadah seperti ini bernilai 70 ibadah.
3. Merenungi Hikmah Kebijaksanaan Illahi.
Kita merenungi segala peristiwa dan kita mencari makna dibalik peristiwa itu, hikmah. Ibadah ini bernilai lebih dari seribu tahun ibadah.
Tapi, jangan sampai kita juga tertuju pada nilai ibadah itu sendiri. Imam al Ghazali hanya ingin menyampaikan betapa utamanya kita untuk bertafakur, merenungi diri.Â
Begitupun perihal ibadah keseharian kita. Misalnya salat, kita harus merenungi perihal salat kita. Apakah tiap hari mengalami peningkatan? Dari segala hal. Itulah mengapa Imam al Ghazali sangat mementingkan tafakur. Orang yang tak mau menafakuri hidupnya maka ia akan begitu-begitu saja tanpa peningkatan.
Orang yang senang bertafakur, maka ia akan semakin bernilai.Â