Mohon tunggu...
masikun
masikun Mohon Tunggu... Petani - Mahasiswa

Mahasiswa Pertanian

Selanjutnya

Tutup

Nature

Selamat Hari Bumi

22 April 2019   13:36 Diperbarui: 22 April 2019   13:52 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari Bumi adalah hari pengamatan tentang bumi yang dicanangkan setiap tahun pada tanggal 22 April dan diperingati secara internasional Hari Bumi dirancang untuk meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap planet yang ditinggali manusia ini yaitu bumi. Dicanangkan oleh Senator Amerika Serikat Gaylord Nelson pada tahun 1970 seorang pengajar lingkungan hidup. Tanggal ini bertepatan pada musim semi di Northern Hemisphere (belahan Bumi utara) dan musim gugur di belahan Bumi selatan. PBB sendiri merayakan hari Bumi pada 20 Maret sebuah tradisi yang dicanangkan aktivis perdamaian John McConnell pada tahun 1969, adalah hari di mana matahari tepat di atas khatulistiwa yang sering disebut Ekuinoks Maret. Kini hari bumi diperingati di lebih dari 175 negara dan dikoordinasi secara global oleh Jaringan Hari Bumi (Earth Day Network) (Sumber id.wikipedia.org)

Semakin hari Bumi akan semakin berumur, tua. Manusia dimana makluk yang dipercaya sebagai khalifah juga semakin bertambah banyak. Artinya Manusia akan semakin memerlukan banyak tempat (Di Bumi) untuk ditinggali, juga di eksploitasi. Baik untuk makan, sandang, dan papan. Apakah Bumi akan sanggup mencukupi semua itu?

"Laju pertumbuhan penduduk itu seperti deret ukur, dan laju pertumbuhan pangan seperti deret hitung" -Thomas R. Malthus

Jika berpandang pada teori Malthus tersebut nampaknya kita memang benar - benar harus serius memikirkan bagaimana kedepan. Tentang papan, misalnya saja. Bukankah sekarang dimana- mana dibangun gedung bertingkat - tingkat (rumah susun) pada perkotaan, atau ekspansi ke tempat - tempat yang belum berpenghuni lalu membukanya untuk tempat tinggal? Apakah tidak ada efeknya baik yang diperkotaan dengan gedung - gedung pencakar langit atau pembukaan lahan tersebut? Itu baru soal papan.

Bagaimana soal pangan? Sudah jadi barang tentu manusia selalu memerlukan pangan. Bahkan jelas bukan manusia saja, ada hewan dan masih banyak makluk Tuhan lainya yang juga ditakdirkan untuk makan. Pertambahan penduduk yang semakin significant, yang memerlukan papan tempat tinggal secara tidak langsung juga mempersempit lahan yang dapat menghasilkan pangan. Katakan saja, berapa luasan tanah subur penghasil pangan yang disulap jadi beton bangunan? Berapa luasan hutan yang ditebang untuk mencukupi kebutuhan pangan?

Masih ingat dalam ingatan saat diskusi dengan salah satu Menteri Kehutanan era Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II tentang lingkungan hidup. Ada hal yang teramat penting yang belum begitu banyak orang sadari. Air. Mungkin bagi mereka yang berada dilingkungan dengan air yang melimpah mereka tidak akan begitu memikirkan air digunakan untuk apa saja. Toh, tiap hari mereka masih menemuinya. Padahal proses menjadi air yang layak untuk digunakan tidaklah sederhana dan cepat. Air yang kita gunakan sehari - hari sekarang bisa jadi adalah hasil dari proses yang terjadi berpuluh - puluh atau ratusan tahun silam. Proses air menjadi layak digunakan tentu tidak bisa lepas dari berbagai faktor. Terutama lingkungan. Bagaimana keadaan hutan? Masihkah banyak pepohonan? atau sudah gundul dan gersang? Apa kabar gunung? Masihkah kokoh berdiri ditengah rakusnya manusia?

Sekarang marilah kita lihat disekitar kita. Kita lihat alam ini, bumi kita. Hujan sebentar, banjir, tanah longsor, dan banyak bencana alam lainya. Tentu ini kuasa Tuhan. Tapi bukankah ini juga adalah akibat dari ulah manusia?

Hari Bumi

Apa sih yang harus dilakukan untuk mengisi perayaan ini? Apakah kita menanami hutan - hutan yang telah gersang? Menghentikan penambangan yang menghabiskan gunung? Apa? Apa yang bisa kita lakukan?

"Jika kita tidak mampu untuk memperbaiki, maka kita janganlah untuk merusak"

Ku rasa tidak ada yang bijak lagi yang bisa kita lakukan selain "start for my self", mulai dari diri sendiri. Jika kita tahu bahwa sampah (sembarangan) menyebabkan banyak kerugian, ya sudah gak usah buang sampah (sembarangan). Jika kita tahu plastik itu berbahaya, ya sudah kita gantikan dengan yang lainya. Jika kita menganggap tambang batu bara sebagai biang kerusakan bumi, ya udah kita cari sumber lain untuk listrik kita, atau paling tidak kita efisien memakai barang - barang elektronik yang menggunakan daya listrik. Jika kita menganggap sawit itu merusak, ya sudah kita gunakan selain sawit. Kita tidak bisa lagi jika hanya sekadar ceremony belaka untuk menolak, atau kampanye tapi tidak ada solusi, its nothing!. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun