Mohon tunggu...
masikun
masikun Mohon Tunggu... Petani - Mahasiswa

Mahasiswa Pertanian

Selanjutnya

Tutup

Trip

Liburan Tanpa Foto

17 Februari 2019   22:09 Diperbarui: 17 Februari 2019   22:25 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobimu apa?. Sebuah pertanyaan yang sepertinya akan selalu ada dalam daftar riwayat hidup atau biasa kita kenal dengan sebutan CV. Gue sih gak mau bahas hobi secara harfiah atau lebih mendalam mengenai apa itu hobi. Gue ingin sedikit cerita perihal gue punya hobi jalan - jalan. Sebelum lebih dalam ceritanya, kita harus samakan persepsi tentang 'jalan - jalan' itu sendiri. 

Bagi gue jalan - jalan itu bukan melulu soal tempat ramai atau sepi, sampai menghabiskan banyak duit, bukan itu, yang gue maksud jalan - jalan disini adalah tiap kaki melangkah inilah yang gue sebut sebagai jalan - jalan. Gue bukan traveler kayak yang lain - lain. Oke langsung saja cerita.

Awal menyukai jalan - jalan ini sejak gue memutusakan untuk kuliah diluar tanah lahirku, tanah Jawa. Perjalanan yang selalu menyita waktu lagi biaya karena jarak itu selalu mempunyai arti tersendiri. Dari sinilah gue mulai memikirkan jadwal mudik dan jadwal pulang. Dimana jadwal yang tepat akan membuat perjalanan gue menyenangkan. 

Bagaimana melihat suset dari atas awan saat naik pesawat atau melihat sempurnanya bulan ditengah lautan ketika menggunakan transportasi air, atau paling tidak menyaksikan beberapa perayaan atau upacara penting disuatu kota yang bakalan gue lewatin selama perjalanan mudik, itu adalah hal yang selalu gue pertimbangkan selalin harga tiket tentunya ya. So, jangan heran kalo ketika mudik gue akan menyita banyak waktu dijalan. Menyoal ini nanti bakalan gue ceritain lebih detil nanti ya, doin biar segera.

Kembali lagi soal jalan - jalan. Akhir - akhir ini ada sebuah perasaan yang berbeda kala jalan - jalan menikmati sesuatu. Sunset misalnya, ataupun camp disebuah tempat. Apa itu?. Ketidak inginan untuk mengabadikan lewat kamera!. Sejak dulu mungkin tidak begitu hobi untuk mengabadikan moment dengan lensa yang dibuat memang seperti mata kita. 

Namun itu hanya sekadar kebiasaan tanpa alasan tertentu. Beberapa kali nge-camp di Bukit Tahura Mandi Angin misalnya, atau yang baru banget kemarin malam camp di Bukit Matang Keladan, rasa untuk berfoto ria apalgi swafoto benar - benar telah lenyap dari pikiran. Bisa jadi karena sudah begitu sering camp ditempat itu mungkin jadinya males buat ngabadikan, toh viewnya sama, kan?.

Pernah gak sih mikir ketika memutuskan nge-camp ataupun sekadar pergi kesuatu tempat itu mau ngapain? nyari moment lalu difoto, udah!. Begitu?. Lalu pernah gak sih ketika pergi kesuatu tempat untuk mencari ketenangan? Masih percaya?. Gue mungkin termasuk orang yang percaya akan hal itu. Apakah hanya tempat - tempat seperti itu yang akan kasih ketenangan? bukankah ketenangan sebenarnya adalah ingat Tuhanya?. 

Kenapa gue gak suka, atau gak mengabadikan lewat foto?. Jawabnya ; gue ingin fokus atas apa yang sedang aku saksikan. Gue sangat tidak ingin kehilangan sedikitpun atas apa yang sedang terjadi didepan gue. Baik itu malam, sore, ataupun pagi hari kala sang mentari menampakan senyumnya, sungguh tidak ingin. 

Kenapa mencari ketengan?, beberapa yang pernah nge-camp bareng gue mungkin sedikit banyak tahu bahwa gue gak akan tidur malam itu. Sekali lagi ada hal yang tidak mau gue lewatin, menikmati malam. Toh bukan pendakian yang berhari - hari, ini cuman satu malam, sangat disayangkan saja kalo satu malam cuman buat numpang tidur dibukit. 

Gue selalu percaya dibalik diamnya alam sebenarnya mereka mendengar, kadang juga berbicara. Tentu dengan cara mereka (alam) masing - masing. Hal itulah yang selalu membuat gue jadi suka terjaga sepanjang malam. Suka saja melihat bintang gemintang dengan berbagai kadar cahayanya, atau sesekali jika kebetulan naik pas tanggalnya bulan keluar, jadi bisa melihat damainya sinar rembulan kala pagi dini hari yang begitu damai. Sungguh tak heran seorang manusia istimewa Nabi Muhammad SAW diibaratkan sinar rembulan. 

Ya memang sangat mendamaikan lagi meneduhkan, apalagi sesekali wajah rembulan itu diseka lembutnya awan malam tipis yang berlalu. Semakin malam, mendekat subuh memerhatikan gemintang adalah hal yang menyenangkan, dimana gue bisa memperhatikan gugusan - gusan bintang itu makin malam makin meninggi dari ufuk timur. Sesekali dihibur dengan cahaya sekelebat yang bergeser, itulah sang bintang jatuh. Sungguh keindahan yang hanya sepersekian detik saja, terlelap artinya melewatkan semua itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun