Hutanku, kapan kau siuman dari kemarau yang melahap
Lapar dan dahaga bertengger di bukit bebatuan kapur
Dengan tanah melangsing digusur air hujan tahun lalu
Kiranya aku tak berani melotot memandangmu bulan ini
Hanya air mata mengguyur penuh salah dan dosa
Aku terlalu sering memohon kepada-Nya
Dan yang kutakuti, kau juga memohon kepada-Nya penuh protes
Aku hanya berani tersungkur dari itu
Membelakangimu dari jauhÂ
Kiranya ada damai di antara kitaÂ
Di antara semuaÂ
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!