Mohon tunggu...
Mas Gunggung
Mas Gunggung Mohon Tunggu... Penulis -

Selamat menikmati cerita silat "Tembang Tanpa Syair". Semoga bermanfaat dan menjadi kebaikan bersama.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tembang Tanpa Syair - Jagad Tangguh - Bagian 8

14 Juli 2016   23:07 Diperbarui: 14 Juli 2016   23:27 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

LAMA TAPI BARU

KriiingAlarm jam berbunyi nyaring. Aku bergegas bangun dan melihat jam. Rupanya sudah menjelang subuh. Aku duduk sebentar didekat ranjang. Kemudian berjalan perlahan menuju kamar mandi untuk menunaikan sholat Subuh. Selesai berdoa, aku langsung mengganti baju dan celana dengan baju olahraga kesukaanku, yakni kaos dan celana silat warna hitam. Tak lupa kuselipkan handphone pada saku celanaku.

Kubuka jendela kamar. Udara pagi yang segar segera menyeruak masuk. Kuhirup perlahan sambil bersyukur atas nikmat Allah yang kuterima pagi ini. Perlahan aku berjalan keluar kamar dan membuka pintu depan. Sekitar dua puluh meter didepan rumahku ada sebuah taman kota yang cukup besar. Aku berjalan perlahan menuju kesana.

Suasana taman itu ramai sekali. Ada banyak orang yang sedang berolahraga disana. Padahal suasana masih pagi. Aku mengeluarkan handphone dari saku kananku, kemudian melihat waktu yang ada disana. Baru jam 6 pagi rupanya. Mataku memandang berkeliling, berbagai orang dengan jenis olahraga yang disukainya masing-masing. Ada yang berlari kecil, ada yang sedang push up, ada yang sedang senam, dan banyak lagi.

Tanpa menunggu lama, aku menggerakkan tubuhku dan melakukan senam pemanasan ringan.

Lima menit kemudian tubuhku sudah menghangat.

Aku duduk dan memulai latihan olah nafas seperti yang aku pelajari dari ayah yakni 30 set gerakan olah nafas dari mulai tangan, badan, kaki, dan kepala.

Tanpa terasa, satu jam sudah aku melakukan itu. Tubuhku kini sudah basah oleh keringat. Terasa sangat segar. Masih dalam posisi duduk, tanpa sengaja aku menoleh ke sebelah kanan. Aku melihat seorang kakek tua berusia kira-kira delapan puluh tahunan memandangku. Pandangannya tajam namun hangat. Secara reflek aku langsung tersenyum. Kakek itu membalas senyumanku. Ia berdiri dari tempat duduknya lalu berjalan kearahku. Tanpa diminta, ia langsung duduk didepanku.

"Nak, siapa yang mengajarimu olah nafas tadi?", tanya kakek tua itu.

"Maaf kek, olah nafas yang mana ya?", jawabku.

"Semuanya. Sejak mulai pembukaan hingga penutupan.", ucap kakek itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun