Mohon tunggu...
Mas Gunggung
Mas Gunggung Mohon Tunggu... Penulis -

Selamat menikmati cerita silat "Tembang Tanpa Syair". Semoga bermanfaat dan menjadi kebaikan bersama.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tembang Tanpa Syair - Jagad Tangguh - Bagian 10

20 Juli 2016   11:58 Diperbarui: 20 Juli 2016   12:15 1110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

SEKATI

Pagi ini aku bangun agak terlambat, sekitar jam setengah enam. Aku melihat keluar jendela, terdapat embun yang cukup banyak. Nampaknya tadi malam terjadi hujan cukup besar. Daun-daun terlihat masih basah. Aku duduk sebentar disamping tempat tidurku. Mengatur napas dan mengucap syukur. Ayahku mengajarkan agar setiap kali bangun tidur selalu mengucap syukur, sebab pada saat kita tidur sesungguhnya kita tidak tahu apakah kita masih bisa bangun esok harinya atau tidak. Maka sebagai tanda terima kasih kepada Allah itulah aku harus selalu bersyukur dan berterima kasih atas penjagaanNya selama aku tidur. Kurang lebih tigapuluh detik aku terdiam di samping tempat tidur mengatur napas, untuk kemudian bergegas mengambil air wudhu untuk sholat Shubuh. Aku selalu ingat kata-kata ayah, bahwa laki-laki yang kuat adalah yang mampu bangun pagi dan menunaikan sholat Shubuh. Dan laki-laki yang perkasa adalah mereka yang bisa bangun pagi lalu menunaikan sholat Shubuh di masjid.

"Untuk apa kamu bisa berlatih beladiri berjam-jam menguras tenaga dalam sehari namun melakukan lima menit sholat saja kamu tidak mampu?

Untuk apa kamu bisa berlari mengelilingi komplek sebanyak lima sampai sepuluh kali namun berjalan ke masjid dari rumahmu saja kamu tidak mampu?

Untuk apa kamu mampu meditasi hening selama berjam-jam tanpa lelah sedangkan menghadapkan dirimu dengan tenang kepada sang Pencipta saja kamu tidak sanggup?"

Terngiang ucapan ayahku yang membuatku merinding untuk segera mengambil wudhu dan menunaikan sholat Shubuh.

Selesai sholat, aku langsung mengambil handuk dan bersiap mandi. Aku paling suka mandi pagi, karena rasa segar di kulit ini benar-benar terasa.

Sepuluh menit kemudian aku sudah bersiap-siap untuk keluar rumah menghirup udara segar. Kubuka pintu depan rumahku dan berjalan ke halaman rumah perlahan. Kuhirup udara segar di pagi hari mengisi seluruh paru-paruku, kutahan sebentar, lalu kuhembuskan perlahan.

"Alhamdulillah...", gumamku dalam hati. Segarnya udara pagi ini.

Halaman rumahku cukup luas, bentuknya seperti huruf L. Sebagian ditanami pepohonan nan rindang. Udara pagi yang berhembus terasa cukup dingin menerpa kulitku. Aku berjalan ke samping kanan halaman tepat di sudut huruf L tersebut. Baru lima langkah aku berjalan, aku merasakan suatu keanehan. Udara dingin yang tadi kurasakan kini berubah menjadi udara hangat. Dengan penuh rasa penasaran, aku mundur dua langkah. Udara kembali dingin kembali. Aku maju dua langkah, udara berubah menjadi hangat. Aku mundur satu langkah, udara juga dingin. Aku maju satu langkah, udara di tempat ini menghangat.

"Aiih... kenapa bisa begini?", ucapku dalam hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun