Mohon tunggu...
Mas Gagah
Mas Gagah Mohon Tunggu... Dosen - (Lelaki Penunggu Subuh)

Anak Buruh Tani "Ngelmu Sampai Mati"

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menyoal Babak Baru Perseteruan Adian Napitupulu dengan Erick Thohir

28 Juli 2020   19:34 Diperbarui: 28 Juli 2020   20:42 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.pikiran-rakyat.com/

Catatan ini merupakan elaborasi tulisan Didik J. Rachbini (2020) "Teori Bandit, Kekuasaan, dan Demokrasi di Masa Pandemi". Catatan ini, fokusnya tidak terkait dengan tulisan yang dibuat oleh Didik J. Rachbini. Teori Bandit demokrasi akan penulis coba gunakan untuk menelisik kasus yang sedang panas antara Adian Napitulu dan Menteri BUMN Erick Thohir.

Rachbini (2020) menjelaskan pada dasarnya evolusi kekuasaan bermula dari bandit berkuasa dengan merampok di dalam sistem anarki, yang kemudian bertransformasi menjadi menjadi sistem demokrasi dan peradaban dengan formal dari para politisi, pemimpin, negarawan di dalam sistem demokrasi. Gagasan ini sejalan dengan ide Novalliansyah Abdussamad (2012) yang mengatakan awal kelahiran bandit politik adalah di tengah krisis politik yang menimpa sebuah negara. Pada kasus Indonesia bandit politik dilahirkan oleh "ibunya" yang bernama partai politik (lihat di sini)

Sejak lama, Eep Saefulloh Fatah (1998) menyitir bahwa bangsa ini telah dikangkangi oleh para Bandit. Eep kemudian menamai dengan negara ini sebagai negara Republik Para Bandit. Pada tahun itu (1998) Eep menawarkan konklusi dalam catatan pendeknya bahwa satu-satunya jalan untuk membunuh penjarahan dan perbanditan sosial di masa depan adalah dengan menghentikan eksploitasi rakyat, kembalikan hak-hak rakyat yang sudah dirampas (lihat di sini).

Ramalan Eep mengenai masih kuatnya Bandit dalam negara rupanya diaminkan oleh Rachbini dan Abdussamad. Negara ini masih saja dikuasai dan hendak dirampok oleh elit politiknya sendiri. Pada saat rakyat masih dihantui oleh kemiskinan dampak dari Virus Corona 19. Masih saja elit politik berseteru untuk memperebutkan kekuasaan. Kasus yang terbaru adalah Adian Napitupulu (mantan aktivis 1998) dengan Erick Thohir sang Menteri BUMN.

Penulis ingat dengan kiriman whatsapp seorang kawan. Dia adalah mantan aktivis tahu 1998. Termasuk juga orang yang dulu saat mahasiswa ikut menduduki Gedung DPR MPR saat melengserkan Soeharto. Begini chat senior aktivis 1998:

"Saya sudah pernah saat demo KMPTL - Komite Mahasiswa Penurunan Tarif Listrik 1991. Eeeee masuk Polda Senayan sepekan. Tidur di ubin. Makan sekedarnya. Teman2 yang sama-sama demo dulu sekarang merapat ke istana eeee pada makmur. Jadi pelacur intelektual." 

Sindiran senior ini sepertinya ditujukan pada rekan-rekannya yang sekarang masuk istana. Mantan aktivis yang dulu berdarah-darah melengserkan kekuasaan Orde Baru, kini masuk lingkaran kekuasaan. Apakah mereka termasuk yang disebut bandit politik? Pembaca bisa mencari sendiri referensi bacaannya.

Adian Napitupulu membantah mengenai tuduhan dirinya bersama relawan meminta jabatan kursi komisaris BUMN ke Presiden Joko Widodo. Adian merasa  dirinya tidak pernah meminta jabatan tersebut (lihat di sini). Adian juga mempersoalkan pemilihan komisaris dari kalangan milenial hingga para pensiunan. Adian menganggap kebijakan Erick Thohir tidak konsisten. Karena sebelumnya, Erick Thohir sempat mengeluhkan struktur di beberapa perusahaan negara yang diisi pensiunan (lihat di sini).

BUMN merupakan usaha milik negara yang memiliki kekayaan luara biasa. Menurut catatan sampai dengan tahun 2018 saja total Aset BUMN mencapai nilai yang fantastis yaitu  Rp 8.092 Triliun (lihat di sini). Dengan kekayaan ini, BUMN sejatinya merupakan penyumbang terbesar bagi kekayaan negara. BUMN merupakan usaha negara yangseharusnya seluruh kekayaannya dikelola oleh negara yang kemudian dimanfaatkan sebesar-sebesarnya untuk kemakmuran rakyat.

Wajar banyak para bandit politik terus berusaha masuk di dalamnya. Segala cara akan dilakukan agar bisa masuk di dalamnya agar kemudian bisa menikmati kue ekonominya. Bahkan mungkin mantan aktivis 1998 yang dulu berdarah-darah menghantam kekuasaan yang korup, kini mereka justru masuk lingkaran tersebut. Maka sering kali muncul sentilan, aktivis kalau sudah masuk istana dan disumpal dengan kekekuasaan maka nalarnya mati.

Konflik yang terjadi antara Adian Napitupulu dan Erick Thohir menunjukkan renggangnya hubungan orang-orang yang berada di dalam lingkaran Jokowi. Jika mereka saja terlibat konflik bagiamana akan bisa mengatur kekuasaan ini dengan benar. Pada akhirnya Jokowi tersandera oleh mereka yang dulu mendukung dan membelanya.

Masyarakat sudah memahami, Adian dan Erick merupakan tim sukses puncak kemenangan Jokowi. Adian terkenal sangat vocal dan garang membela Jokowi. Sampai-sampai Adian pernah digadang-gadang akan mendapatkan jabatan Menteri. Adian dielu-elukan sebagai wakil aktivis 98 yang akan menjadi salah Menteri Jokowi. Pembaca bisa mencari sendiri jejak digitalnya yang tersebar di internet.

Namun pada akhirnya, janji menjadikan Menteri Adian tidak tercapai. Adian meskipun masuk lingkaran istana, jabatan yang didapatkannya tidak terlalu tinggi. Berbeda dengan Erick Thohir yang dulu menjadi ketua tim pemenangan Jokowi. Erick langsung mendapatkan jabatan yang prestisius yaitu Menteri BUMN. Padahal, dulu pernah terdengar itu, Erick tersandera dengan korupsi. Kabar itu hanya isu media, Erick akhirnya menjadi Menteri BUMN.

Apakah konflik yang terjadi antara Adian dan Erick disebabkan oleh pembagian jabatan yang tidak merata? Jawabanya bisa iya dan bisa tidak. Terlepas dari itu semua, BUMN merupakan tempat paling basah untuk mendapatkan kue ekonomi. Wajar jika Adian dan Erick saling berseteru untuk mendapatkannya.

Penulis tidak hendak mengatakan bahwa Adian maupun Erick termasuk bandit politik yang hendak merampok uang BUMN. Hanya saja, perilaku yang saling sikut untuk mendapatkan jabatan itu dapat dikategorikan sebagai bandit BUMN. Mungkin mereka tidak merasa sebagai bandit BUMN karena merasa memiliki hak dan kebenaran untuk masuk di BUMN.

Mereka pernah sama-sama berjuang berdarah-darah untuk memenangkan Jokowi. Pada saatnya, wajarlah mereka meminta imbalan sesuai dengan perjuangan mereka. Semoga mereka bukan termasuk dalam golongan Bandit yang ingin merampok kekayaan BUMN.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun