Mohon tunggu...
Mas Gagah
Mas Gagah Mohon Tunggu... Dosen - (Lelaki Penunggu Subuh)

Anak Buruh Tani "Ngelmu Sampai Mati"

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Merasa Asing di Tengah Kebudayaan Digital

11 Januari 2020   11:57 Diperbarui: 11 Januari 2020   12:07 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penjual Koran di Depan Halte Bus Way Pertanian Ragunan. Dokpri

Pagi tadi saya pergi ke RSUD Pasar Minggu Jakarta selatan. Kepergian saya dalam rangka mengambil SK Kesehatan sebagai syarat menerbitkan NIDN. Pilihan saya adalah naik transjakarta. Saya lebih suka naik kendaraan umum dibandingkan naik sepeda motor. Hari-hari ini sedang musim hujan, maka naik trans Jakarta menjadi pilihan utama bagi saya.

Naik trans Jakarta, saya bisa bertemu banyak orang. Interaksi sosial itulah yang ingin saya dapatkan. Hasilnya, mungkin bisa saya tuliskan diblog ini. Jika hanya mencari ide di dalam buku rasa-rasanya saya sulit menemukan ide segar untuk menulis.

Sekitar jam 8.15 menitan, saya sampai di Halte Pertanian Ragunan. Kondisi halte tidak terlalu ramai. Mungkin karena hari Sabtu. Saat hendak keluar halte, saya melihat lelaki penjual koran Kompas. Saat itulah saya kemudian membelinya. Lumayan sebagai bahan mengisi waktu saat menunggu di RS.

Di luar kemudian menemukan seorang penjual lagi. Ternyata di halte tersebut ada dua orang penjual Koran. Di luar saya kemudian membeli satu lagi Koran Sindo dengan harga empat ribu rupiah. Senang hati saya mendapatkan dua koran itu. Seperti menemukan harta karun.

Saat pulang dari RSUD, di bus Transjakarta saya membaca koran itu. Saat membaca saya merasakan menjadi orang asing kuno. Beberapa orang juga memandang saya agak aneh. Mungkin mereka merasa asing juga melihat orang membentangkan koran di bus Transjakarta.

Di samping saya, duduk beberapa wanita muda. Di tangan mereka sibuk memegang hp android. Mata mereka nampak serius memandang status di media sosial. Saya duga mereka anak generais millenilal atau bahkan mungkin generasi Alpha yang lahir di atas tahun 2000 tahun. Mereka adalah generasi yang hidup di tengah kebudayaan digital.

Saya kutipkan tulisan Mas Yuswohady di Koran Sindo (Sabtu, 11 Januari 2020, hal. 3) judulnya "Marketing Outlook 2020 (4): The LEAP Strategis". Menurut catatan Mas Yuswohady, jika Gen X bekerja untuk mencari uang dan status, maka Gen Milenial bekerja untuk mencari kebahagiaan. Tidak hanya itu, milennial juga meaning-seeker.

Masih menurut catatan Mas Yuswohady, ada enam kriteria identitas Gen Milenial saat ini. Kriteria tersebut adalah sebagai berikut:

  • Speed, Simplicity, Convience Are King: Milenial merupakan generasi yang mager (malas bergerak. Karena digitalapss memudahkan hidup milenial misalnya mau makan pesan lewat goofod, mau nonton tv lewat Netflix, dll.
  • Think "More for Less": Milenials love digital? Karena plafrom digital mereka bisa mendapatkan pelayanan moreforless: "more benefit, less cost". Sebagai contoh adalah layanan yang diberikan oleh GoJek, Traveloka, Tokopedia, Ruang Guru, dll.
  • Millenials Driver of Sharing Economy: Bagi milenial, akses (acces) lebih penting dibanding kepemilikan (ownership). Karena itu milenial lebih gemar berbagi (sharing) dalam mengkonsumi produk dan layanan. Misalnya mereka menggunakan mobil untuk berbagi (Grab), menggunakan ruang kerja harus berbagi (co-working space), dan mendengarkan musik harus berbagi (Spotify).
  • Peers is The Most Influence: "Pears are millennials center of life", Hidup milenial berpusat pada teman-teman mereka di media sosial (3 F: friends. Fans, Followers). Likes, comments, tag dari peers sangat penting bagi milenial.
  • Esteem: Milenial tidak hanya menmcari pengalaman dari setiap konsumsi yang dilakukannya. Mereka juga mencari aktualisasi diri, pengakuan, dan eksistensi diri. Misalnya, Instagram menjadi media berekspresi dan eksistensi diri yang sangat populer di kalangan milenial.
  • Millenials Are Happines-Seeker: Bagi milenial, waktu merupkan asset yang paling berharga. Karena itu, mereka berusaha mengisi waktu setiap jengkal waktunya untuk menghasilkan emosi positif (positive emotion) dan sesuatu yang fun agar lebih bahagia. Jika Gen X bekerja untuk mencari uang dan status, maka Gen Milenial bekerja untuk mencari kebahagiaan.

Headline Koran Sindo yang saya beli dan baca terpampang jelas dengan judul "Masa Depan Digital Otomatis Terkoneksi Internet". Koran Sindo (2020) menjelaskan mengenai gambaran perilaku anak Adam dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa teknologi masa depan yang diperkirakan menjadi trend di antara lain mobil, televisi, gagang pintu, yang semuanya terkoneksi dengan internet.

Halaman Depan Koran Sindo (Sabtu, 11 Januari 2020) dokpri
Halaman Depan Koran Sindo (Sabtu, 11 Januari 2020) dokpri
Saya sendiri menjadi orang asing di tengah mereka. Bagi saya yang lahir tahun 80-an membaca koran ini menjadi kebutuhan. Bahkan seperti menjadi gaya hidup. Identitas kami yaitu adalah lebih intelek dengan membaca koran atau buku. kebudayaan digital saat ini memang sangat berbeda dengan saat saya dulu muda.

Saat membaca koran di bus Transjakarta, saya benar-benar menjadi orang asing. Bagi mereka, mungkin saya memang terlihat asing. Membaca koran di kendaran umum. Dalam situasi ini, saya akhirnya memilih happy. Biarlah saya menjadi asing dengan membeli dan membaca koran di kendaran umum.

Tulisan ini juga terbit di www.dosenbaper.wordpress.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun