Mohon tunggu...
Mas Gagah
Mas Gagah Mohon Tunggu... Dosen - (Lelaki Penunggu Subuh)

Anak Buruh Tani "Ngelmu Sampai Mati"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Islamic Book Fair dan Budaya Merawat Buku

27 Februari 2019   14:40 Diperbarui: 27 Februari 2019   14:53 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
islamic-bookfair.com

Buku pada akhir-akhir ini seakan mati suri, apakah benar? Kehadiran media digital telah cara merubah pandang masyarakat muslim mengenai buku. Mungkin benar, buku sedang mengalami masa yang sulit. Penyebabnya juga, seiring dengan budaya membaca yang sangat rendah. Hasilnya, penerbitan buku di Indonesia mengalami kondisi yang sulit.

Tulisan ini hendak mengelaborasi artikel yang dibuat oleh Hikmat Kurnia Ketua IKAPI DKI Jakarta dengan judul "IBF dan Kejayaan Bangsa". Hikmat Kurnia menjelaskan dalam artikelnya, buku merupakan sumber paling mendasar dalam sebuah peradaban bangsa. Katanya 'tanpa budaya baca yang baik, tak akan  ada ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu, membaca adalah akar dari sebuah peradaban". (Republika, 27 Februari 2019, h. 6)

Hikmat Kurnia juga masih merasa yakin, buku masih menjadi bagian penting di masyarakat millennial. Buku tidak dapat digantikan dengan media digital yang sudah berkembang. Masih ada saja masyarakat yang memilih membaca pada buku teks dibandingkan dengan membaca di media digital (ebook). Hikmat Kurnia menegaskan 'Selain itu, perlu juga dipahami buku sebagai lembaran kertas adalah produk kebudayaan. Sebuah produk kebudayaan akan tetap hadir jika masyarakat pendukungnya masih membutuhkannya'. (Republika, 27 Februari 2019, h. 6)

Sejarah Islam juga telah memberikan gambaran, tanpa sebuah buku Islam mengalami kemunduran peradabannya. Telah banyak ilmuwan muslim yang menyumbangkan ilmunya untuk kemajuan peradaban dunia. Mereka melintasi berbagai disiplin ilmu pengetahuan misalnya matematika, kedokteran, filsafat, sosiologi, fisika, seni, dan lain-lain. Para ilmuwan tersebut meninggalkan jejak pemikiran lewat buku-buku yang sampai sekarang masih bisa dibaca dan dijadikan rujukan ilmiah.

Jika mengacu pada ajaran Islam, perintah paling awal dalam Al-Qur'an adalah 'iqro (membaca). Perintah Allah swt dalam Al-Qur'an ini sangat jelas memerintahkan umat manusia untuk membaca. Bukan hanya perintah tetapi surat Al-Alaq ayat 1-5 ini merupakan sebuah berita besar.

Jika ingin mengungkap kekuasaan Tuhan dan kebesaran alam semesta, kuncinya adalah membaca. Pada tahap ini sangat jelas, Islam merupakan ajaran yang rasional, mengakui tentang pencarian ilmu pengetahuan empiris (https://www.republika.co.id).  

Islam sangat jelas, jauh dari tuduhan yang mengatakan bahwa Islam adalah agama doktrin. Salah satu bukti, Islam merupakan agama yang memerintahkan umat manusia untuk menembus langit, tentu dengan ilmu pengetahuan.

"Hai golongan jin dan manusia jika kamu sanggup menembus (melintas) penjuru langit dan bumi, maka tembuslah, kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan (dari) Allah," (QS Al-Rahman: 33).

Kunci yang digunakan untuk menembus langit hanyalah satu yaitu dengan membaca. Setelah membaca, manusia akan menemukan berbagai ilmu pengetahuan. Lanjutannya, dengan ilmu pengetahuan, manusia akan mampu mengembangkan seluruh aspek kehidupannya. Alam semesta ini dapat diungkapkan keberadaannya dengan membaca kemudian melakukan penelitian.

Pada pergeseran budaya saat ini, budaya merawat buku memang sulit. Orang-orang sudah sangat jarang membeli buku. Mana mungkin membeli buku, sedangkan untuk membacanya saja malas. Pendidikan kita juga begitu, tidak menghasilkan lulusan yang mencintai membaca. Maka, jauh sudah bangsa kita tertinggal dalam menghasilkan sumber daya manusia unggul.

Umat Islam yang tidak mau membaca, tentu mengingkari perintah Al-Qur'an. Telah jelas, perintah pertama adalah untuk segera dilakukan 'membaca'. Jika umat Islam tertinggal dalam berbagai penguasaan ilmu pengetahuan, penyebabnya adalah sudah tidak ada lagi budaya membaca atau merawat buku. Umat Islam telah terlena dengan budaya menonton yang tidak memberikan manfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun