Mohon tunggu...
Mas Gagah
Mas Gagah Mohon Tunggu... Dosen - (Lelaki Penunggu Subuh)

Anak Buruh Tani "Ngelmu Sampai Mati"

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Membaca Sebelum Menerbitkan Tulisan

26 Februari 2019   13:18 Diperbarui: 27 Februari 2019   10:56 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://nasional.kompas.com

Begini lho, jika dibuat ukuran rata-rata, orang Indonesia hanya membaca buku 3-4 kali perminggu. Hitungan durasinya pun lemah yaitu hanya rata-rata 30-59 menit. Bagaimana dengan kemampuan membaca buku? Ternyata jumlah buku yang diselesaikan pertahun rata-rata hanya 5-9 buku https://nasional.kompas.com.

Melihat kondisi di atas, seharusnya kita merasa prihatin dan harusnya juga jengkel. Kemudian muncul berbagai pertanyaan menggelitik.

"Kenapa kok kondisinya seperti itu? Apa yang salah dengan pendidikan kita selama ini? Kok kuliah tinggi-tinggi tidak menghasilkan manusia yang mau membaca buku?" 

Maka, tidak usaha bosan menulis tentang tema motivasi membaca buku. Meskipun sudah ada yang menulis, sebaiknya kita tulis lagi ulang dengan rasa yang berbeda.

Jadilah, tema membaca dan menulis tidak pernah habis untuk ditulis ulang. Tema ini menemukan momentum yang tepat untuk dituliskan ulang, saat media sosial dan media arus utama dipenuhi hoaxs dan kebencian.

Saat orang mudah menulis apapun, kadang malahan penuh emosi. Termasuk saya pribadi, terkadang menulis penuh emosi, yang mungkin menyudutkan orang lain.

Beberapa kali saya membaca tulisan sendiri. misalnya, tulisan di Kompasiana, blog pribadi, dan beberapa materi kuliah bagi mahasiswa. Setelah kembali membaca, ternyata tulisan itu masih banyak yang ngawur. Masih ada beberapa tulisan yang tidak disertai dengan sumber yang benar dan tepat.

Saya merasa tulisan itu kurang enak. Bahasa sederhananya, tulisan memang ada, tapi rasanya hambar. Setelah saya renungi kembali, ternyata menulis itu bukan berasal dari bahan bacaan yang komprehensif. Masih banyak tulisan yang memerlukan sebuah data, tetapi tidak saya cantumkan.

Misalnya saya menulis sebuah kalimat 'Indonesia sudah darurat hoaks...', Kalimat inikan isinya berupa  fakta atau sebuah kasus. Salahnya, saya tidak memberikan penjelasan lebih lanjut atau paling tidak saya memberikan data angka yang jelas. Kok saya bisa mengatakan Indonesia darurat hoaxs, dari mana sumbernya.

Jika tidak saya berikan sumber data yang jelas, artinya saya telah menulis data palsu. Tulisan seperti ini, jika dibaca oleh ahlinya pasti akan ditertawakan. Kesalahan ini sungguh menjadi catatan pribadi saya, supaya berhati-hati saat mau menulis.

Nah, kesalahan itu hanya berasal dari satu sumber yaitu kurang membaca. Karena ngebet ingin cepat menerbitkan tulisan, saya tidak membaca dengan benar. Koran atau buku terkadang juga saya bada seadanya, tanpa memahami substansi kesulitannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun